Senin, 26 Desember 2011

KULIAH PSIKOLINGUISTIK LANJUT (PENELITIAN MINI)


PEMEROLEHAN FONOLOGI ANAK USIA 3 TAHUN
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas akhir semester matakuliah Psikolinguistik Lanjut
yang dibimbing oleh Dr. Widodo Hs, M.Pd.


Oleh:
Marista Dwi Rahmayantis
110211538130
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA
S2 PENDIDIDKAN BAHASA INDONESIA
DESEMBER 2011




1.      PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Masa kanak-kanak adalah masa di mana seseorang belajar memahami dan mengucapkan kata-kata dengan baik. Seorang anak yang normal pertumbuhan pikirannya akan belajar bahasa ibunya pada tahun-tahun pertama dalam hidupnya, pada tahap tersebut anak akan mengalamai proses pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Bahasa ibu atau disebut juga bahasa pertama disimbolkan dengan ”B1”. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak-anak yang sejak semula tanpa bahasa, kini telah memperoleh bahasa. Pada saat pemerolehan bahasa anak-anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa pada anak dikatakan mempunyai ciri berkesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Tidak ada satu kegiatan manusia pun yang tidak disertai dengan kehadiran bahasa. Bahasa bukan merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem yang terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon.
Perkembangan kebahasaan anak berjalan sesuai dengan jadwal biologisnya. Banyak orang yang mengaitkan hal ini dengan jumlah umur yang dimiliki oleh seseorang. Rujukan ke jumlah tahun dan bulan memang lebih mudah digunakan untuk menentukan perkembangan motoris anak.
Pada usia tiga tahun, biasanya seorang anak itu mulai belajar berbahasa dengan baik. Dalam pemerolehan bahasa khususnya pada anak usia tiga tahun dapat dilihat dari berbagai segi salah satunya adalah fonologi. Pemerolehan fonologi pada anak usia tiga tahun dapat dilihat pada saat ia berbicara.
B.       RUMUSAN MASALAH
a.       Bagaimana pemerolehan diftong anak usia 3 tahun?
b.      Bagaimana pemerolehan vokal dan konsonan pada anak usia 3 tahun?
c.       Bagaimana pemerolehan fonem pada anak usia 3 tahun?

C.       TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir semester 1 mata kuliah Psikolinguistik Lanjut. Selain itu, terdapat tujuan lain di antaranya sebagai berikut:
a.       Mendeskripsikan pemerolehan diftong anak usia 3 tahun.
b.      Mendeskripsikan pemerolehan vokal dan konsonan pada anak usia 3 tahun.
c.       Mendeskripsikan pemerolehan fonem pada anak usia 3 tahun.

D.      METODE
Metode yang digunakan adalah menggunakan metode pengamatan. Dalam pengumpulan data hal yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a.       Mengamati kegiatan sehari-hari
b.      Mengajak anak untuk berdialog memberi stimulus kepada anak agar berbicara.
c.       Mencatat bunyi-bunyi yang diucapkan anak.

E.       SUBJEK PENELITIAN
Nama                     : Aurelio Viandga Ziven Purwanto
Jenis kelamin        :  Laki-laki
Umur                    : 3 tahun
Pendidikan           : -
Alamat                 : Ds. Besole, Besuki, Tulungagung

2.      LANDASAN TEORI
Landasan kajian yang digunakan untuk melakukan pengamatan adalah teori-teori yang disampaikan oleh beberapa ahli. Menurut Klein (dalam Utari, 1992), bahwa seorang anak yang normal akan memperoleh bahasa ibu atau B1 dalam waktu yang relatif singkat, meskipun B1 yang didengar di sekelilingnya bukan B1 yang gramatik dan tidak tanpa kesalahan dalam struktur dan kosakata. Sedangkan menurut Chomsky (dalam Chaer, 2003) menyatakan bahwa setiap orang sejak lahir dilengkapi oleh seperangkat peralatan yang memungkinkan memperoleh B1, alat tersebut adalah LAD (Language Acquisition Device) atau alat pemerolehan bahasa. Dengan LAD seorang anak tidak perlu menghafal dan menirukan pola-pola kalimat agar mampu menguasai bahasa itu. Anak akan mampu mengucapkan suatu kalimat yang belum pernah didengar sebelumnya dengan menerapkan kaidah-kaidah tata bahasa yang secara tidak sadar diketahuinya melalui LAD, dan yang dicamkan dalam hatinya.
Chaer (2003) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa pada manusia merupakan satu bagian dari perkembangan kognitif (intelek) secara umum. Pemerolehan bahasa itu sendiri adalah proses yang berlangsung di dalam otak ketika ia pertama kali memperoleh bahasa dari seorang ibu. Dalam memahami bahasa seorang anak mengalami dua proses pemerolehan bahasa dasar, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Pada proses kompetensi penguasaan bahasa terhadap anak terjadi secara tidak disadari olehnya. Sedangkan proses performasi bagaimana anak menghasilkan kata-kata sebagai bentuk proses komunikasi. Seperti mengucapkan kata 'inyum (untuk kata minum) ketika anak merasa haus. Hal tersebut terjadi karena lingkungan terbiasa mengucapkan kata 'minum' sehingga kognitifnya meletakkan kata tersebut di otak anak.
Struktur bahasa muncul sebagai akibat interaksi yang terus-menerus antara fungsi kognitif si anak dengan lingkungan kebahasaannya, sehingga bagaimana lingkungan itu berbahasa juga nantinya mempengaruhi anak untuk menirukan bahasa tersebut. Karena bagi anak perbendaharaan kata berasal dari lingkungan yang pertamakali dikenalnya, dalam hal ini bisa berarti orang tua.
Dardjowidjojo (2005: 244) menyatakan bahwa tahap yang dilalui bayi semenjak lahir hingga usia 14 bulan sudah mampu menghasilkan bunyi-bunyi vocal 'aaa', 'eee' atau 'uuu'. Perkembangan dalam menghasilkan bunyi-bunyi tersebut yang jita sebut sebagai perkembangan artikulasi.
Anak ketika berusia delapan bulan sudah mampu mengucapkan bunyi-bunyi labial [p] dan [b], bunyi letup alveolar [t] dan [d], bunyi nasal dan bunyi [d]. dari huruf yang dapat diucapkannya, yang paling umum terdengar adalah bunyi suku kata yang merupakan rangkaian konsonan dan vokal seperti 'ba-ba-ba' atau 'ma-ma-ma'
Kemampuan seorang bayi untuk mengucapkan kata pertama bergantung bagaimana ia mengaitkan kata dengan benda yang menjadi rujukannya. Kata pertama yang muncul dapat ditafsirkn sebagai sebuah kalimat yang bermakna. Bisajadi itu sebuah suruhan atau perasaan yang sedang dialaminya. Yang pertamakali muncul adalah ujaran yang sering diucapkan oleh orang dewasa yang sudah sering didengarnya. Seperti kata kerja makan atau minum, menyebut anggota keluarga 'ayah, ibu, atau nenek', bisa juga menyebut benda-benda yang dirasa itu adalah hk miliknya seperti mainan, selimut ataupun botol susu. Kalimat satu kata atau ucapan holofrasis, biasanya berupa kata-kata satu suku yang membentuk verb, nomina atau penyebutan suatu tempat.
Pada anak usia dua tahun dapat kita lihat fonem vokal yang dipakai

Pemerolehan fonologi oleh kanak-kanak sebagai bagian dari pemerolehan bahasa ibu seutuhnya. Beberapa teori menegenai pemerolehan fonologi sebagai berikut.
a.              Teori Prosordi-Akustik
Teori ini diperkenalkan oleh Waterson (1976). Watreson berpendapat bahwa pemerolehan bahasa adalah satu proses sosial sehingga kajiannya lebih tepat dilakukan di rumah dalam konteks sosial yang sebenarnya daripada pengkajian data-data eksperimen, lebih-lebih mengetahui pemerolehan fonologi (dalam Chaer, 2009: 211).
Proses pemerolehan fonologi mula-mula kanak-kanak memperhatikan lingkunganmya, mengamati persamaan dan perbedaan yang penting baginya dalam lingkungan itu. Kanak-kanak sangat peka terhadap sifat-sifat suara manusia tertentu yang didengarnya berulang-ulang dalam konteks yang sama seperti pola-pola tekanan, irama, ritme, dan fitur-fitur lain yang berhubungan dengan keadaan yang berulang itu. Pada tahap permulaan kanak-kanak hanya menerima dan mengamati bunyi-bunyi mempunyai arti baginya. Lalu dri bunyi-bunyi yng mempunyai arti ini kanak-kanak membentuk pola bunyi tertentu tnpa morfologi dan sintaksis. Jadi, menurut Waterson (1976) pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak dimulai dari pemerolehan semantik dan fonologi, kemudian baru ada pemerolehan sintaksis.
Pemerolehan fonologi adalah masalah sejauh mana kanak-kanak dihambat oleh pembatasan-pembatasan dalam persepsi dan pengeluaran bunyi. Karena masalah ini menyangkut pengeluaran dan persepsi, maka pengkajian pemerolehan fonologi haruslah pula dari sudut artikulasi dan akustik. Namun, dari sudut akustik sangat sukar karena tidak tahu apa sebenarnya yang diamati kanak-kanak sedangkan kita tidak bisa bertanya kepadanya.  Misalnya seorang kanak-kanak mengucapkan <plate> yang berbunyi [pleit] menjadi [beip], apakah dia bisa membedakan tempat artikulasi [p] dan [b], kita tidak tahu. Apakah dia mengucapkan [pleit] menjadi [beip]. Karena lebih mudah mengucapkannya atau karena dia tidak tahu perbedannya. Untuk memecahkan masalah ini, merujuk pada pengucapan orang dewasa: orang dewasa lebih banyak banyak “membuat kesalahan” dalam tempat artikulasi daripada cara artkulasi. Kanak-kanak tidak menaruh perhatian pada tempat artikulasi untuk setiap pengucapan karena mereka tidak mampu menghadapi segala-galanya pada waktu yang sama pada setiap peringkat.    

b.             Teori Kontras dan Proses
Teori ini diperkenalkan oleh Ingram (dalam Chaer, 2003), yakni suatu teori yang menggabungkan bagian-bagian penting dari teori Jakobson dengan bagian-bagian penting dari teori Stampe, kemudian meyelaraskan hasil penggabungan dengan teori perkembangan dan Piaget. Menurut Ingram kanak-kanak meperoleh sistem fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan srutkturnya sendiri, dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuannya mengenai sistem orang dewasa semakin baik. perkembangannya fonologi ini melalui asimilasi and akomodasi yang terus-menerus (menurut teori Piaget): mengubah struktur untuk menyelarskannya dengan kenyataan.  
Karena fonologi membicarakan kontras-kontras dan berusaha memberikan satu pengucapan pada tiap morfem, maka kanak-kanak haruslah berusaha memperoleh kontras-kontras dalam pengucapan itu. Uraian kontras-kontras yang dibuat kanak-kanak untuk memperoleh kontras-kontras fonologi orang dewasa ini yang harus diberikan peringkat organisasi ucapan kanak-kanak. Tahap-tahap pemerolehan fonologi yang dubuat Ingram sejalan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif dari Piaget (1962). Pada tahap persepsi terdapat dua subtahap yaitu tahap vokalisasi praucapan dan tahap fonologi primitif.

c.                   Pemerolehan Konsonan
Dardjowidjojo (2000: 102) menyatakan bahwa konsonan yang telah dikuasai pada anak usia tiga tahun adalah [p], [b], [t], [d], [h], [m], [n], [l], [w], [y], [k], [s], [ᵑ], meskipun ketiga yang terakhir hanya pada posisi akhir sukukata. Pada umur 2;2:0 bunyi velar hambat ringan sudah dikuasai dengan lebih baik, tetapi padanan beratnya [g], masih sering diucapan sebagai [d], meskipun sesekali sudah muncul pula sebagai [g]. Sampai dengan umur ini bunyi frikatif [s] pada awal kata masih sering diucapkan sebagai [t] atau [ts] meskipun di akhir kata sudah lebih konsisten sebagai [s]. Bunyi [z] tidak banyak kita dapati dalam bahasa kita dan masih diucapkan sebagai [d]. Bunyi frikatif [f], juga jarang, sering diucapkan sebagai [p], meskipun kadang-kadang muncul pula sebagai [f].

3.      PAPARAN DATA

Data dalam makalah ini diambil dari seorang anak yang berusia tiga tahun. Di sini dipaparkan sebuah data yang terdiri dari pemerolehan fonologi.
Nama               : Aurelio Viandga Ziven Purwanto
Jenis kelamin   :  Laki-laki

No
Aspek
Data
1
Konsonan [p] dan [m]
1.      [papa]
2.      [mama]
2
Munculnya [?] di akhir kata à bunyi hambat glotal
1.      [bubu?] à “tidur”
2.      [mimi?] à “minum”
3.      [bu? ma] à “ibuk oma” (sebutan untuk nenek)
4.      [bapa? kakoŋ] à “bapak kakung” (sebutan untuk kakek)
5.      [cica?] à “cicak”
6.      [lia?] à “lihat”
3
Vokal ganda (diftong) à gugus vokal
1.      [uw ε l] à “aurel” (menyebut namanya sendiri)
2.      [ma әm] à “maem” (makan)
3.      [nais] à “nangis”
4.      [cacuwa] à “aqua” (air mineral)
5.      [duwa] à “dua”
6.      [mi ô] à “mio” (merk motor)
7.      [bau] à “bau”
4
Bunyi [ŋ] à bunyi nasal velar
1.      [ kakoŋ] à “kakung” (sebutan kakek)
2.      [caceŋ] à “cacing”
3.      [kacaŋ] à “ kacang “
4.      [buluŋ]à “burung”
5.      [layaŋ-layaŋ]à “layang-layang”
6.      [dindiŋ] à “dinding”
5
Kata diawali vokal
1.     [ikan]à  “ikan”
2.     [ayam] à “ayam”
3.     [enak] à “enak”
4.     [uang] à “uang”
5.     [opak] à “opak” (krupuk)
6
[k] pada akhir kata à bunyi hambat velar
1. [enak] à “enak”
2. [duduk] à “duduk”
3. [cantik] à “cantik”
4. [namuk] à “nyamuk”
5. [naek] à “naik”
7
Bunyi frikatif [f], [s], [z], [h]
1.      [pl εni] à “Freni” (nama mama Aurel)
2.      [pilm] à “film”
3.      [halo] à “halo”
4.      [lepas] à “lepas”
5.      [habis] à “habis”
6.      [udah] à “sudah”
7.      [lista] à “rista” (nama tante Aurel)
8.      [ipen] à “Ziven” (nama tengah Aurelio)
8
Bunyi lebih dari 1 kata
1.        [gigi uw ε l] à “gigi Aurel”
2.        [ayo bubu?] à “ayo bubuk”
3.        [bu? ma] à “ibuk oma” (sebutan untuk nenek)
4.        [apa? kakoŋ] à “bapak kakung” (sebutan untuk kakek)
5.        [motoŋ mi ô ] à “motor mio”
6.        [mimi? cacuwa] à “minum aqua”
7.        [mimi? cucu] à “minum susu”
8.        [uw ε l nais] à “Aurel nangis”
9.        [uw ε l atuh] à “Aurel jatuh”
10.    [baktona pa? tito] à “baksonya pak Jito”
11.    [liat tipi] à “lihat televisi”
12.    [tutup pintu] à “tutup pintu”
13.    [naek motoŋ] à “naik motor”
14.    [tante Lista] à “tante rista”
15.    [cica? Di dindiŋ] à “cicak di dinding”
9
Gugus konsonan
1.      [mbak] à “mbak”(sebutan untuk kakak perempuan)
2.      [ndak] à “tidak”


4. PEMBAHASAN.
A.           Pemerolehan Diftong
Bunyi vokal ganda hampir dikuasai oleh Aurel. Sebenarnya untuk anak usia tiga tahun sesuai teori masih sulit menguasai gugus vokal.  Dalam pengucapan bunyi-bunyi yang ada gugus vokalnya sudah terjadi penekanan yang mengakibatkan bunyi dapat terdengar cukup jelas dengan menggunakan vokal ganda di dalamnya. Contohnya dalam menyebutkan namanya sendiri yang depannya termasuk gugus vokal  [a] dan [u] yang digabungkan, bunyi yang dikeluarkan ada dua jenis kadang [uw ε l] atau [auw ε l]. Pada pengucapan gugus vokal yang ada di depan biasanya Aurel mengucapkan semuanya dengan jelas tetapi juga hanya diambil vokal yang terakhir seperti [uw ε l]. Pada bunyi gugus vokal yang berada di akhir kata diucapkan sangat jelas, tetapi jika ada vokal ganda [u] bertemu [a] bunyi berubah setelah [u] menjadi [wa] misalnya saja pada [cacuwa] à “aqua” (air mineral) dan [duwa] à “dua”. Sedangkan pada [mi ô] à “mio” (merk motor) dan [bau] à “bau” vokal ganda berbunyi sangat jelas.

B.            Pemerolehan Vokal dan Konsonan
Kemampuan fonologi Aurel pada usia yang menginjak 3 tahun ini, bunyi vokal [a] dengan konsonan [m] dan [p] yang jelas diucapkan. Suku kata yang keluar sebagian besar berbunyi [ma] yang diulang berkali-kali [ma ma ma ma]. Bentuk [ma] yang diulang ataupun yang tidak diulang,sering sekali dipakai untuk menyatakan apa saja seperti anak kecil yang masih belajar mengeja. Bunyi yang banyak mengandung [ma] dan [pa] banyak dipakai untuk memanggil kedua orang tuanya, [mama] dan [papa].
Pada Aurelio di akhir kata [?] sudah mulai mucul. Walaupun pengucapan yang dikeluarkan tidak lengkap jika lebih dari satu kata. Pada akhir kata [?] yang paling banyak diucapkan Aurelio adalah [bubu?] à “tidur”, [mimi?] à “minum”, [bu? ma] à “ibuk oma” (sebutan untuk nenek), [apa? kakoŋ] à “bapak kakung” (sebutan untuk kakek), [cica?] à “cicak”, [lia?] à “lihat”.
Bunyi nasal velar [ŋ] sudah muncul tetapi terbatas pada akhir suku kata. Walaupun dalam pengucapannya hanya terjadi di akhir suku kata tetapi bunyi yang dihasilkan cukup jelas misalnya saja pada kata [ kakoŋ] à “kakung” (sebutan kakek), [caceŋ] à “cacing”, [kacaŋ] à “ kacang “, [buluŋ]à “burung”, [ayaŋ-ayaŋ]à “layang-layang”, [dindiŋ] à “dinding”.
Dalam pengucapan bunyi yang diawali dengan vokal dapat diucapkan dengan jelas vokal, misalnya pada [ikan]à  “ikan”, [ayam] à “ayam”, dan [enak] à “enak”. Pada pengucapan bunyi vokal [a], [i], [u], [e], [o] usia tiga tahun cenderung sudah jelas, dimana pun penempatannya, di depan atau di tengah-tengah.
Pada bunyi hambat velar biasanya terlihat diucapkan sangat jelas bila ada pada akhir suku kata. Misalnya saja pada [enak] à “enak”,  [duduk] à “duduk”,  [cantik] à “cantik”, [namuk] à “nyamuk”, dan [naek] à “naik”.
Pada usia tiga tahun aurel telah dapat memunculkan bunyi frikatif [s]. Pada anak yang berusia dua tahun bunyi frikatif ini biasanya baru kedengaran bilaa berada pada akhir kata misalnya, [epas] à “lepas”, [abis] à “abis”, [udah] à “sudah”. Tetapi yang menarik di usianya yang masih berusia dua tahun aurel mampu mengucapkan bunyi frikatif di tengah dan dalam pengucapannya Aurel berusaha menjelas-jelaskan bunyi [s] ini misalanya pada  bunyi [lista] à “rista” (nama tante Aurel).
Hal yang menarik lagi pada usianya yang masih tiga tahun, Aurel telah menguasai banyak bunyi yang lebih dari satu kata. Walaupun pengucapannya kurang jelas, misalnya pada [bu? ma] à “ibuk oma” (sebutan untuk nenek), [apa? kakoŋ] à “bapak kakung” (sebutan untuk kakek), [motoŋ mi ô ] à “motor mio”, [mimi? cacuwa] à “minum aqua”, [mimi? cucu] à “minum susu”, [uw ε l nais] à “Aurel nangis”, [uw ε l jatuh] à “Aurel jatuh”, [baktona pa? tito] à “baksonya pak Jito”, [lia? tipi] à “lihat televisi”, dan [naek motoŋ] à “naik motor”. Kadang anak secekil Aurel dia sering bernyanyi misalnya [cica? Di dindiŋ] à “cicak di dinding”. Pada bunyi yang terdiri dari lebih satu kata ini muncul bunyi frikatif [s] yang ada pada kata terakhir dan pengucapannya dapat di dengar cukup jelas, misalnya pada bunyi [tante Lista] à “tante rista”. Fonem tril pada Aurelio belum dikuasai [r] biasanya diganti [l] seperti pada [tante Lista] à “tante Rista” hal ini sejalan dengan teori Jacobson yang menyatakan bahwa likuid muncul belakangan.
Dalam kaitannya dengan pemerolehan fonologi, secara umum Aurel memang mengikuti urutan pemerolehan yang sifatnya universal. Vokal yang dikuasai lebih dahulu adalah vokal yang kontrastif, [a]. Setelah itu vokal-vokal lain menyusul. Demikian pula dengan hal konsonan, konsonan hambat dikuasai sebelum frikatif dengan jelas, dan frikatif dikuasai sebelum afrikatif. Bunyi nasal dimulai dari bunyi bilabial [m]. Bunyi lateral [l] telah dikuasai sedangkan bunyi getar [r] belum, hal ini biasanya mengakibatkan bunyi lateral [l] menggantikan bunyi getar [r].
Pada umumnya gugus konsonan belum muncul sampai usia 4 tahun. Tetapi Aurel mampu membuat gugus konsonan [mb] dan [nd], meskipun masih terbatas pada satu suku kata yakni [mbak] dan [ndak].

C.           Pemerolehan Fonem
Dari data yang diperoleh semua fonem vokal telah dikuasai Aurelio secara sempurna. Mengenai konsonan ada fonem yang telah dikuasai dengan baik, ada yang masih berfluktuasi dengan bunyi lain, dan bahkan ada bunyi getar [r] yang sama sekali belum dapat ia ucapkan.
Fonem konsonan dari Aurelio dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini. Fonem-fonem yang telah mantap diucapkan dicetak biasa, yang masih berfluktuasi dicetak miring, dan yang belum dapat diucapkan berada dalam kurung.

Titik/cara artikulasi
Bilabial
Labio-dental
Alveolar
Alveo-palatal
Velar
Glotal
Hambat
p
b
t
d


k
g
?
Frikatif
v
f
z
s

(x)
h
Afrikatif



c
j


Nasal
m

n
ñ
ŋ

Getar


(r)



Lateral


l



Semivokal
w


y




5. PENUTUP
Kemampuan berbicara dan berbahasa pada anak usia tiga tahun terletak pada tahap satu kata,  dua kata dan terus berkembang. Dalam mengucapkan kata-kata pelafalannya belum jelas dan maksudnya sulit untuk dipahami. Kemampuan mengucapkan kata-kata tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, orang tua, tayangan televisi yang sering ditonton, dan lagu-lagu yang sering diperdengarkan pada anak.
Dalam pengucapan kata-kata, ada beberapa huruf yang belum dapat diucapkan oleh anak. Hal tersebut disebabkan oleh penguasaan anak terhadap konsep dan nosi-nosi masih rendah. Kesesuaian kata dengan nosi-nosi tersebut masih kurang sehingga menimbulkan makna yang berlainan antara tuturan anak tersebut dengan pendengarnya. Selain itu banyak sekali maksim-maksim yang dilanggar karena kemampuan anak dalam mengucapkan kata kurang sempurna.
Pada anak yang berusia tiga tahun ada yang telah menguasai bunyi-bunyi yang mengandung gugus vokal dan gugus konsonan, seperti yang terjadi pada subjek penelitian yaitu Aurelio. Bunyi yang paling banyak dikuasai Aurelio ada 9 aspek yaitu Konsonan [p] dan [m], munculnya [?] di akhir kata à bunyi hambat glotal, vokal ganda à gugus vokal, bunyi [ŋ] à bunyi nasal velar, kata diawali vokal, [k] pada akhir kata à bunyi hambat velar, bunyi frikatif, bunyi lebih dari 1 kata, dan gugus konsonan.


6.      DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik kajian teoritik. Jakarta : Rineka Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Dardjowidjojo, Soenjono; Atmajaya. 2000. Echa (Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Nababan & Subyakto, Utari. 1992. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.