NILAI
NASIONALISME DALAM PUISI ANAK
I.
PENDAHULUAN
Sastra
merupakan pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan
struktur bahasa. Sastra merupakan
gambaran kehidupan yang bersifat universal. Wilayah
sastra meliputi kondisi insani atau manusia yaitu kehidupan dengan segala
perasaan, pikiran, dan wawasannya. Hal tersebut sejalan dengan anak-anak yang
masih memiliki tingkat imajinasi yang tinggi. Saat ini banyak beredar tentang
sastra anak yang isinya diwarnai oleh pengalaman dan pemahaman anak-anak. Sastra
anak sekarang tidak hanya berkutat pada dongeng fabel saja, tetapi telah
mengenal berbagai macam sastra anak tentang kisah-kisah tradisionl, cerita
rakyat, mitos, legenda, fantasi, puisi, dan biografi.
Sastra
memberikan kesenangan, kegembiraan, kenikmatan, pendidikan kepada anak-anak. Nilai seperti itu akan
tercapai apabila sastra memperluas cakrawala anak-anak dengan cara menyajikan
pengalaman dan wawasan baru bagi anak. Menurut Davis (dalam Sarumpaet, 2009)
menyatakan bahwa, sastra anak merupakan sastra yang dibaca anak-anak dengan
bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedangkan
penulisannya bisa dilakukan anak sendiri ataupun oleh orang yang dewasa. Sastra
ini dikenal sejak nenek moyang kita, sastra akan berkembang sesuai jamannya.
Sastra anak dapat ditulis dan
dibuat oleh semua kalangan,
mulai dari anak-anak sampai orang
dewasa. Huck dkk (dalam Nurgiyantoro,
2010: 7)
mengemukakan bahwa isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan
emosional dan psikologi anak itulah yang antara lain merupakan karakteristik sastra anak. Sastra
anak juga merupakan wadah berkreasi untuk mengembangkan daya khayal dan daya
imajinasi secara emosi dan psikologi pada anak-anak.
Salah satu
karya sastra untuk anak-anak adalah puisi. Tarigan (2011:131) menyatakan bahwa
puisi untuk anak-anak berbicara pada anak-anak tetapi dalam bahasa puisi, dan
harus menarik bagi perasaan dan emosi mereka. Bahasa puisi untuk anak-anak
hendaknya bersifat puitik dan isinya haruslah
langsung menarik minat anak-anak. Untuk itu ruang lingkup puisi
anak-anak meliputi segala perasaan, segala pengalaman anak-anak.
Nasionalisme diyakini sebagai syarat mutlak untuk membentuk sebuah
negara yang mandiri. Itulah mengapa para founding
father kita selalu menekankan akan nasionalisme dan menolak segala bentuk
imperialisme, kolonialise, maupun yang ditakutkan oleh Bung Karno yaitu
neo-kolonialisme, yang disadari atau tidak saat ini tengah terjadi di pusaran
dan pergolakan politik, ekonomi, sosial dan keamanan negeri ini. Sebagai negara
yang tengah berdaulat, Indonesia sangat mengharapkan warga negaranya memiliki
sikap dan perilaku nasionalisme. Sebab jika tidak, negara ini, baik dalam sistem
politik dan ekonomi serta sektor lainnya akan mudah dipengaruhi atau disetir
oleh negara lain, yang menginginkan sumber daya alam Indonesia yang terkenal
kaya raya. Paham kebangsaan ini menjadi tolok ukur kemajuan dan kemandirian
bangsa Indonesia ke depannya. Perlu diketahui, problem ini bukan hanya dihadapi
oleh bangsa Indonesia, tapi juga seluruh bangsa, dan mereka meyakini bahwa
nasionalisme itu penting.
Cara lain untuk membangkitkan nasionalisme perlu dicetuskan. Solusi
alternatif dan segar perlu memperoleh peluang karena apa yang dilakukan selama
ini memang tidak terlalu berhasil. Salah satunya adalah dengan metode
kesastraan. Menurut Purnomo (2011) menyatakan bahwa di dini karya-karya sastra
digunakan sebagai pembangkit rasa nasionalisme. Mungkin stereotip yang banyak berkembang
adalah bahwa karya sastra hanya fiktif belaka, sifatnya hanya imajinatif.
Sehingga tidak layak untuk menjadi bahan ajar. Pendapat ini tidak sepenuhnya
salah. Selama ini sastra berjalan dalam dunianya sendiri karena dianggap beda,
tidak ilmiah sehingga tidak layak masuk dalam ranah ilmu pengetahuan. Namun
tentu kita juga harus melihat dari segi isi dan pesan yang disampaikan. Metode
kasastraan ini mengandalkan pembentukkan mental-mental kebangsaan melalui
peniruan terhadap sifat-sifat tokoh-tokoh yang ada di dalam karya tersebut,
maupun melalui penyerapan makna dari karya sastra tersebut. Kita tidak
bisa menutup mata bahwa karya sastra, baik novel maupun puisi, bisa
mempengaruhi pikiran dan sikap pembaca (warga negara).
Penanaman nasionalisme harus dilakukan sejak dini, sehingga sekolah yang
merupakan lembaga pendidikan yang membentuk karakter peserta didik sejak dini
harus menanamkan sikap ini. Metode kesastraan diharapkan diterapkan dalam
proses pembelajaran. Gaya bahasa yang mendalam yang ada dalam karya sastra yang
begitu mudah diresapi, diharapkan mampu member penyerapan lebih terhadap makna
yang ada dalam karya sastra tersebut. Karya sastra yang disampaikan tentunya
yang berbau kepahlawanan dan kebangsaan.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda), yang berarti
bangsa. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan
memiliki hasrat serta kemampuan untuk bersatu, karena adanya persamaan nasib,
cita-cita, dan tujuan. Rejai (dalam Murniah, 2010) menyatakan bahwa
nasionalisme adalah suatu kesadaran sebagai bangsa yang
disertai oleh hasrat untuk memelihara, melestarikan dan mengajukan identitas,
integritas, serta ketangguhan bangsa. Hal ini dapat dimaknai bahwa nasionalisme
adalah sikap atau perilaku yang diwujudkan atau diaktualisasikan dalam bentuk
tindakan untuk memelihara dan melestarikan identitas dan terus berjuang untuk
memajukan bangsa dan negara, dengan membasmi setiap kendala yang menghalangi di
jalan kemajuan.
Beberapa pendapat para ahli tentang nasionalisme dipaparkan
oleh Mukti (2011) seperti di bawah ini.
a. Hans Kohn (1986), menyatakan bahwa nasionalisme
adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tdrtinggi individu harus
diserahkan kepada negara kebangsaan.
b.
Slamet Mulyana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran
berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara.
c.
Sejarawan Indonesia, Sartono Kartodirdjo menjelaskan
nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawaban terhadap
kondisi-kondisi historis, politis, ekonomi, dan sosial tertentu. Nasionalisme
dalam taraf pembentukannya seperti masa-masa Pergerakan Nasional dihubungkan
dengan unsur-unsur subjektif. Unsur-unsur itu dapat dilihat dengan adanya
istilah-istilah: group
counsciousness, we-sentiment, corporate will dan bermacam-macam fakta mental
lainnya. Pada taraf ini nasionalisme belum memasukkan unsur-unsur objektif
seperti territorial (wilayah), negara, bahasa, dan tradisi bersama.
Rasa nasionalisme hendaknya diterapkan pada anak-anak sebagai
generasi penerus bangsa. Anak-anaklah yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin
bangsa ini, dengan penanaman rasa nasionalisme sejak dini negara akan menjadi
negara yang tetap bersatu. Alhakim (2011) memaparkan bahwa nasionalisme
Indonesia merupakan bentuk dari nilai
juang terhadap bangsa yang tercermin pada:
a.
sikap dan perilaku baik fisik
mau pun non-fisik yang dilandasi oleh rasa rela berkorban, semangat untuk maju,
kerja keras, tanpa pamrih, keberanian, belajar dengan rajin, keperkasaan yang
berkaitan dengan Indonesia,
b.
nilai juang yang mampu melandasi
sikap komitmen serta ketegaran untuk melakukan suatu demi tercapainya sebuah
cita-cita bersama, bangga menjadi bangsa Indonesia, meneruskan perjuangan para
pahlawan, memiliki rasa kesatuan di dalam wadah NKRI,
c.
nilai juang yang selalu
berkaitan dengan nilai kepahlawanan, antara lain: sikap kesetiakawanan sosial,
cinta tanah air, percaya kepada kemampuan diri sendiri, ulet dan tangguh.
2.2 Konsep Nasionalisme dalam Sastra
Purnomo (2011) menyatakan bahwa kesusastraan Indonesia memang
sering dibayangkan sebagai tangan-tangan tak terlihat dalam mendorong proses
pemersatuan daerah, mulai dari kampung-kampung dan suku-suku di Nusantara
sampai menjadi satu bentuk negara yang menggambarkan keindonesiaan. Sastra
ibarat sihir yang terus-menerus memberikan semangat magis bagi revolusi fisik.
Ada semacam kepercayaan bahwa revolusi pra-Indonesia tidak akan terwujud jika masih
diperjuangkan lewat konfrontasi bersenjata atau diplomasi internasional.
Kebutuhan terhadap legitimasi (pengesahan) geografi mutlak dilakukan melalui
kata-kata yang berpotensi sloganistik dan
memberikan pendapat secara intens bagi penduduk di Nusantara, yang
secara ideologis akan mengeraskan betapa pentingnya berkumpul dalam sebuah
rumah besar yang teduh bernama Indonesia. Puisi atau prosa (cerpen, novel, atau
drama) karya para sastrawan kita menunjukkan hal itu.
Widarmanto (2011) menyatakan bahwa unsur-unsur nasionalisme
yang terletak pada suatu karya sastra seperti pada puisi berfungsi untuk
memupuk, menumbuhkan, dan memperkokoh rasa cinta pada tanah air. Dengan
kegiatan bersastra, anak juga bisa belajar tentang nasionalisme. Sastra yang menyuarakan nasionalisme
bukan barang baru dalam khazanah kesusastraan dunia. Persoalan nasionalisme di
Indonesia merupakan lahan inspirasi yang subur bagi penciptaan karya sastra.
Bahkan, identitas kenasionalan karya sastra merupakan isu yang panas dalam
menentukan kelahiran sejarah sastra Indonesia. Itu berarti, nasionalisme bukan
saja hadir sebagai sumber inspirasi belaka namun sekaligus hadir sebagai
penanda eksistensi terhadap keindonesiaan sebuah karya sastra.
2.3 Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak
Pada
subbab ini akan dibahas tentang nilai-nilai nasionalisme yang terdapat pada
puisi anak. Puisi-puisi anak tersebut diambil dari antologi puisi anak SD yang
berjudul Bintang Masa Depan (Buku
Kumpulan Puisi Anak SD) Dinas Pendidikan Sleman karya Akhid Heru Prabawa.
2.3.1
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Semua Sama
Nilai
nasionalisme yang terdapat pada puisi anak yang berjudul Semua Sama dapat dilihat
pada pemaparan di bawah ini.
a.
Menjadikan perbedaan sebagai sebuah kesatuan
Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa di
Indonesia memiliki banyak perbedaan seperti yang dituliskan pada puisi yang
berjudul Semua Sama.
Ada hitam ada putih
Ada baik ada buruk
Keriting ada lurus juga ada
Tidak lupa congkak dan angkuh pun bercampur
Semua yang ada memang lah tak sama
Itulah bangsa Indonesia
seperti yang ada di negeri ini. Tetapi perbedaan-perbedaan itu tidak menjadi
sebuah alasan untuk terpecah belah. Dengan adanya slogan “bhineka tunggal ika”
perbedaan-perbedaan itu akan menjadi sebuah kesatuan dengan sebuah artian berbeda-beda
tetapi tetap satu jua. Hal ini tampak secara tersurat pada larik terakhir puisi
yang berjudul Semua Sama.
Dan berbhineka
pun kemudian menyimbolkan
Namun ada
tunggal dan ika dalam kebhinekaan
Yang amat luas
2.3.2
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Indonesiaku
Sikap yang
mencerminkan nilai nasionalisme dalam puisi anak Indonesiaku adalah
sebagai berikut.
a.
Bangga terhadap keindahan alam Indonesia
Sikap bangga terhadap keindahan alam
Indonesia merupakan salah satu wujud sikap yang mencerminkan nilai naionalisme
di Indonesia. Dengan membanggakan alam negeri sendiri akan membuat anak menjaga
keindahan alam sehingga keindahan alam itu tetap bisa dinikmati sampai kapan
pun. Larik yang menandakan sikap ini adalah pada larik pertama samapai keenam
dan diperkuat pada larik ke-7.
Angin berdesir di
pantai
Angin berdesir
sepoi-sepoi
Burung pun ikut
berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau
terbentang luas
Gunungnya tinggi
menjulang
Itulah Indonesiaku
Pilihan kata yang digunakan pada
larik pertama samapi keenam adalah wujud penggambaran alam Indonesia, bahwa
alam Indonesia itu indah. Pada larik ke-7 penguatan tentang kebanggaan terhadap
alam Indonesia dengan menggunakan pilihan kata “Itulah
Indonesiaku” mempertegas bahwa yang digambarkan pada larik sebelumnya adalah tentang
negeri Indonesia.
b.
Cinta tumpah darah Indonesia
Sikap cinta tanah air yang terwujud pada puisi Indonesiaku dapat dilihat dari larik ke-8 dan ke-9 dari puisi tersebut.
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata
Sikap cinta terhadap
tanah air salah satunya dapat wujudkan melalui menjalani hidup kita di negara
kita sendiri dengan membangun negara kita sendiri. Pada puisi Indonesiaku
wujud cinta tumpah darah Indonesia tercermin pada penggunaan kata “dilahirkan dan dibesarkan, akhir menutup
mata”.
2.3.3
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Kemerdekaan
Indonesia
Pada puisi
anak yang ketiga berjudul Kemerdekaan Indonesia mungkin sudah
nampak dari judulnya bahwa puisi anak ini akan membicarakan tentang kemerdekaan
Indonesia. Di mana kita sudah ketahui perjuangan untuk mencapai Indonesia
merdeka telah mewujudkan suatu sikap nasionalisme. Nilai-nilai nasionalisme
lainnya yang terdapat pada puisi anak Kemerdekaan Indonesia dapat dilihat
pada pembahasan di bawah ini.
a.
Mempertahankan dan menjaga kemerdekaan
negara Indonesia
Sikap nasionalisme yang dimunculkan dalam
puisi anak Kemerdekaan Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada baris keenam, ketujuh, dan kedelapan.
Pada baris tersebut dapat kita jumpai pemilihan kata “mahal harganya, diukur dengan harta, sekalipun segunung,
sepulau bahkan sebenua” dengan pemilihan kata tersebut ditekankan
bahwa kemerdekaan itu tidak bisa dibeli dengan apa pun, sehingga kita yang
telah diberi kemerdekaan beruhasa untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.
Tujuan dari pilihan kata yang tertulis pada baris keenam, ketujuh, dan
kedelapan adalah untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan.
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
b.
Belajar tekun
Nilai nasionalisme berikutnya yang terdapat
pada puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai
bangsa yang baik hendaknya belajar dengan tekun sehingga kelak dapat membangun
negara dengan baik, dan menjadi generasi bangsa yang berprestasi, dan memajukan
negara, serta mengharumkan negara di kancah Internasional. Nilai ini jelas
terlihat secara tersurat pada larik kesepuluh. Kewajiban sebagai anak bangsa
untuk bisa membangun bangsa salah satunya dengan belajar teku.
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
c.
Membangun bangsa
Salah satu tugas sebagai generasi penerus
yang baik adalah dengan membangun bangsa menjadi bangsa yang baik, bermoral,
dan bangsa yang menghormati perjuangan pahlawan-pahlawan yang telah menciptakan
kemerdekaan bagi negara ini. Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme ini
tampak tersirat pada larik kesepuluh yang berbunyi seperti di bawah ini. Dengan
membangun bangsa akan menjadikan negara yang kaya raya.
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
d.
Kerja keras
Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme
berikutnya adalah bekerja keras. Secara tersirat sikap ini dapat kita temukan
pada baris yang berbunyi,
kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Sikap
yang tercermin pada penggalan puisi di atas menandakan bahwa kita harus bekerja
keras untuk membangun bangsa. Dengan bekerja keras keinginan menjadikan negara
ini menjadi negara yang kaya raya akan terwujud.
e.
Menghargai dan mengingat jasa pahlawan
Sikap berikutnya yang mencerminkan
nilai-nilai nasionalisme yang tertuan pada puisi yang berjudul Kemerdekaan
Indonesia adalah menghargai dan mengingat jasa pahlawan. Tidak bisa
dipungkiri bahwa negara kita merdeka karena perjuangan para pahlawan yang gigih
membela tanah air kita. Dengan menghargai jasa pahlawan kita nantinya akan
memupukkan rasa cinta tanah air dengan membangun bangsa ini dan menjadikan
negara ini menjadi lebih baik seperti yang dicita-citaka oleh para pahlawan
yang telah mendahului kita. Sikap ini perlu ditanamkan kepada anak-anak agar
kelak kalau ia dewasa menjadi peka terhadap kemajuan bangsa. Secara tersirat
sikap ini nampak pada inti dari puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia yang
ditandai dengan baris puisi yang berbunyi seperti di bawah ini.
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur
nyenyak di sisi-Nya
Dengan menghargai dan
mengingat jasa pahlawan kita akan terpacu untuk membuat negara ini menjadi
lebih baik dan menjadikan para pahlawan angga dengan apa yang dilakukan anak
dan cucu-cucunya.
2.3.4
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Manusia
Sabang dan Merauke
Nilai
nasionalisme yang terkandung dalam puisi anak yang berjudul Manusia
Sabang dan Merauke adalah menyatukan
perbedaan ke dalam satu kesatuan Indonesia. Di dalam puisi tersebut secara
tersurat berisi tentang perbedaan yang sangat mencolok dari bangsa Indonesia di
Sabang dan di Merauke.
Megah memang di sebelah
barat
namun lusuh
mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin di
sebelah barat
namun keriting
tapi di sebelah timur
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
pilihan kata “megah”
dan “lusuh” merupakan suatu dikotomi
yang sangat menonjol, apalagi dikuatkan dengan pemunculan kata “barat” dan “timur”. Jelas terlihat bahwa kata-kata yang muncul adalah
membedakan antara keadaan di barat dan keadaan di timur. Walaupun jelas sangat
berbeda antara keadaan di barat di timur seperti yang digambarkan pada larik
puisi di atas, perbedaan itu tetap menjadi sebuah kesatuan bangsa Indonesia.
Nilai nasionalisme ini sangat baik ditanamkan pada anak-anak karena dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme yang kokoh jika anak tersebut beranjak dewasa
agar tidak menimbulkan perpecahan. Tidak menjadikan perbedaan menjadi sebuah
perpecahan. Sikap nasionalisme merasa berbangsa satu tanah air Indonesia ini
tampak pada larik puisi Manusia Sabang dan Merauke pada larik
terakhir. Dari perbedaan yang digambarkan adalah Sabang merupakan Putih dan
Merauke adalah hitam tetapi karena merasa satu Indonesia putih dan hitam
tersebut digabung menjadi satu yaitu Indonesia.
Namun Indonesia
adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam
2.3.5
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Serdadu
Proklamasi
Nilai
nasionalisme yang tersimpan dalam puisi anak kelima yang berjudul Serdadu
Proklamasi menceritakan tentang perjuangan pahlawan dalam membela
kemerdekaan sampai dikumandangkan proklamasi di negeri tercinta ini.
Sikap-sikap yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dapt dilihat seperti
yang dibahas di bawah ini.
a.
Semangat berjuang
Semangat
berjuang para pahlawan terdahulu merupakan salah satu sikap yang mencerminkan
nasionalisme yang harus kita teladani sampai saat ini. Nilai nasionalisme
tersebut secara tersurat terkandung dalam puisi anak yang berjudul Serdadu
Proklamasi. Semangat berjuang itu dari dulu hingga sekarang perlu kita
tanamkan, hal ini dapat kita lihat pada pilihan kata “Puluhan tahun” yang berarti semangat berjuang itu sudh ada pada
puluhan tahun yang dulu dan semangat itu masih ada sampai sekarang yang dapat
dilihat pada pilihan kata “Semangatmu tertancap kuat hingga
sekarang”.
Puluhan tahun begitu
membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
b.
Rela berkorban
Nilai nasionalisme berikutnya yang
terkandung dalam puisi anak Serdadu Proklamasi adalah rela
berkorban. Sikap rela berkorban untuk kemerdekaan negara republik Indonesia hal
ini dapat dilihat dari larik kelima dan keenam, pada larik itu menceritakan
bahwa pahlawan proklamasi rela berkorban untuk kemerdekaan RI, jika mereka
tidak rela berkorban pasti sampai sekarang negara RI belum merdeka.
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
c.
Semangat nasionalisme
Semangat nasionalisme merupakan salah
satu nilai nasionalisme yang tampak pada puisi ini. Secara tersurat sikap yang
dimiliki pahlawan proklamasi adalah semangat nasinalisme hal ini tampak pada
pilihan kata “Kobaran nasionalismemu membawa bangsa ini hingga
merdeka”. Semangat nasionalisme dari pahlawan dapat mengajarkan
kepada anak-anak untuk tetap memiliki sikap tersebut. Pahlawan proklamasi
memiliki sikap semangat dalam mengobarkan nasionalisme sehingga membuat negara
merdeka.
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
2.3.6
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Majulah
Terus Siswa Indonesia
a.
Percaya diri
Sikap nasionalisme yang ada dalam puisi anak
Majulah
Terus Siswa Indonesia adalah percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari
baris puisi yang berbunyi “kuasailah
dirimu dengan sikap optimis” baris ini
secara langsung menyuruh untuk bersikap percaya diri.
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
b.
Pantang menyerah
Sikap yang perlu diteladani dari puisi
anak Majulah Terus Siswa Indonesia selanjutnya
adalah pantang menyerah. Hal ini terbukti dari baris di bawah ini yang berbunyi
Paculah laju kudamu
sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang
mengusik di jalanan.
Baris puisi di atas mengisyaratkan bahwa
sebagai generasi penerus bangsa yang mencerminkan nilai nasionalisme adalah
pantang menyerah.
c.
Kerja keras
Sebagai
generasi penerus bangsa yang mencerminkan sikap nasionalisme salah satunya
adalah memiliki sikap kerja keras. Dengan sikap kerja keras yang ditumbuhkan
sejak anak-anak, kelak dengan sikap kerja keras itu akan membangun negara
Indonesia ke arah yang lebih baik. Pada baris kelima puisi yang berjudul Majulah Terus Siswa Indonesia menandakan bahwa generasi muda atau siswa
Indonesia harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita dan melawan halangan
yang menghadang.
Bangkitlah melawan arus yang terus
mendera
III.
PENUTUP
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa puisi anak mengandung nilai nasionalisme yang perlu diteladani. Dari hasil pembahasan menunjukkan bahwa dari keenam
puisi anak terdapat nilai-nilai nasionalisme yang
bisa diteladani yang terdiri dari: menjadikan
perbedaan sebagai sebuah kesatuan, bangga terhadap keindahan alam Indonesia, cinta tumpah darah Indonesia,
mempertahankan
dan menjaga kemerdekaan negara Indonesia, belajar tekun, membangun bangsa,
kerja keras, menghargai dan mengingat jasa pahlawan, menyatukan perbedaan ke
dalam satu kesatuan, percaya diri, dan
pantang menyerah.
DAFTAR RUJUKAN
Alhakim,
Suparlan. 2010. Nasionalisme Indonesia
(Hand Out Perkuliahan). Hand Out tidak diterbitkan. Malang: FIS
Universitas Negeri Malang.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar
Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarya: UGM Press.
Sarumpaet.
2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tarigan,
Henry Guntur. 2011. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung:
Angkasa.
LAMPIRAN PUISI ANAK
Semua
Sama
Ada
hitam ada putih
Ada
baik ada buruk
Keriting
ada lurus juga ada
Tidak
lupa congkak dan angkuh pun bercampur
Semua
yang ada memang lah tak sama
Dan
berbhineka pun kemudian menyimbolkan
Namun
ada tunnggal dan ika dalam kebnhinekaan
Yang
amat luas
Indonesiaku
Angin berdesir di
pantai
Angin berdesir
sepoi-sepoi
Burung pun ikut
berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau
terbentang luas
Gunungnya tinggi
menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku
dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir
menutup mata
Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah
merdeka
Kemerdekaan yang mahal
harganya
yang tak dapat diukur dengan
harta
sekalipun segunung, sepulau
bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai
anak bangsa
Belajar tekun untuk
membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara
yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur
dahulu
dapat tertawa lega melihat
anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak
di sisi-Nya
Manusia Sabang dan Merauke
Ketika menunjuk ujung barat Indonesia
Ketika menunjuk ujung timur Indonesia
Mata ini tak lepas lepasnya membelalak
mengikuti putaran irama yang sedang membiak
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin disebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Apa mau dikata dan siapa mau menyangka
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam
Serdadu
Proklamasi
Terngiang – ngiang sudah
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
Tidak pernah terpikirkan
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu
menorehkan barisan berapi – api
Perjuangan itu menjalar hingga sekarang
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
Oh, serdadu proklamasi
maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu
tersendat bagaikan kereta yang macet
Majulah Terus Siswa Indonesia
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan