Kamis, 18 Oktober 2012

PENILAIAN DIRI (SELF ASSESMENT) MEMBANTU MENGATASI MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK


PENILAIAN DIRI (SELF ASSESMENT) MEMBANTU MENGATASI MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK

Proses pendidikan akan berlangsung efektif dan memiliki dampak yang berarti bagi proses perubahan dan pembangunan jika dilihat melalui alat ukur kinerja baik proses maupun produknya.  Alat yang selama ini dikenal untuk melihat kinerja tersebut adalah evaluasi pendidikan.  Dengan instrumen evaluasi yang baik dan representatif serta valid maka efektivitas dan kualitas pendidikan yang selama ini berjalan dapat dengan mudah terlihat. Yang menarik dalam evaluasi pendidikan yang saat ini dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional dengan model penilaian yang dilakukan oleh peserta didik (self assesment). 
Selama ini penilaian keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran pada umumnya dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik menjadi obyek penilaian sehingga informasi yang diperoleh belum menunjukkan gambaran yang sesungguhnya tentang peserta didik. Sebagai contoh, seorang guru memberi nilai rendah pada peserta didiknya yang suka mengganggu temannya pada saat guru mengajar. Di sini guru memberikan keputusan bukan berdasarkan kemampuan peserta didik itu sendiri, tetapi hanya berdasarkan perilaku peserta didik yang dilihat guru secara kasat mata saja, padahal guru belum mengetahui secara jelas apa atau mengapa peserta didik tersebut menggangu temannya. Peserta didik nampaknya memperoleh manfaat dari strategi penilaian diri dari belajar, namun sedikit kesulitan bagi peserta didik yang memperoleh nilai rendah dalam menilai diri mereka. Guru dapat menolong dengan cara membangun suasana kerjasama antar peserta didik dalam mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan.
Penilaian oleh peserta didik (self assesment) adalah sebuah teknik penilaian yang dilakukan oleh peserta didik (peserta didik) dalam menggali, menemukan dan mengemukakan tentang kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berbagai hal, serta mampu untuk menyikapi dan memperbaiki atas segala kekurangan yang ada serta menguatkan dan mengembangkan lebih lanjut atas segala kelebihannya. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian kompetensi kognitif di kelas,  misalnya peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik,  peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain adalah sebagai berikut  (1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri, (2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, dan (3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Penilaian diri sebagai teknik penilaian akan sangat efektif untuk menggali nilai-nilai spiritual, moral, motif, sikap, bahkan aspek motorik dan kognitif peserta didik.  Dengan teknik ini peserta didik diajak secara objektif untuk melihat ke dalam dan keadaan dirinya sendiri dengan jujur dan jernih.  Dampak positif lain dari efektivitas teknik penilaian diri adalah peserta didik akan dikondisikan dan dibiasakan untuk selalu jujur.  Dan jika anak selalu menjaga kondisi sikap dirinya ini sangat positif bagi upaya pembangunan karakter peserta didik. Peserta didik perlu memeriksa pekerjaan mereka dan memikirkan tentang apa yang terbaik untuk dilakukan dan area mana mereka perlu dibantu. Untuk menuntun peserta didik dalam memahami proses penilaian diri, guru perlu melengkapi mereka dengan lembaran self-assessment.
Melalui penilaian diri sendiri dan pemikiran, peserta didik belajar untuk menilai pelajaran mereka sendiri dengan tujuan untuk memperbaikinya.  Untuk menjadi penilai yang cakap atas pelajarannya sendiri, peserta didik harus memiliki tujuan-tujuan  yang jelas, kesempatan untuk membantu membuat definisi dari kerja yang berkualitas, tanggapan, dan kesempatan untuk memperbaiki pekerjaan sebelum mereka menjalankannya.  Setelah menyelesaikan proyek, para peserta didik harus merenungkan kekuatan dan kelemahan dari pekerjaannya, membuat rencana-rencana perbaikan, dan satukan tugas dengan pelajaran sebelumnya.
Tipe-tipe penilaian diri sendiri ini membagi tema yang umum, mereka meminta peserta didik menilai pekerjaannya untuk menentukan apa yang telah mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan bagian mana yang masih tidak dimengerti.  Melalui bentuk-bentuk ini peserta didik menilai perkembangan mereka dalam pengetahuan, kecakapan, strategi, proses dan sikap.  Aplikasi Menilai Proyek memiliki beberapa contoh penilaian pemikiran diri sendiri untuk membantu peserta didik menilai usaha-usaha pribadi mereka, partisipasi mereka dalam kelompok, proses berpikir mereka, tugas tertulis dan presentasi, dan kinerja kecakapan dan proses mereka.
Para peserta didik tidak belajar untuk menilai sendiri pelajarannya, mereka harus diajarkan strategi untuk pemantauan dan penilaian diri sendiri.  Strategi yang efektif tersebut seperti yang dipaparkan di bawah ini.
a.       Contoh menggunakan daftar atau rubrik untuk menilai tulisan dengan menggunakan strategi berpikir keras sebagaimana yang dilihat di setiap kriteria.
b.      Para peserta didik mencoba teknik mereka sendiri dengan menggunakan salah satu contoh tulisan mereka.
c.       Para peserta didik menilai tulisan satu sama lain, menilai diri sendiri dan membuat komentar.

Cara yang efektif untuk mendorong penilaian diri sendiri peserta didik adalah dengan meminta peserta didik membuat kriteria penilaiannya sendiri.  Untuk melakukan ini, peserta didik harus menganalisa tiap aspek dari proses dan produk belajarnya, yang artinya mendorong pemahaman yang lebih dalam. Pengamatan dan pemikiran peserta didik juga memberikan umpan balik yang bernilai untuk menyaring rencana-rencana pelajaran. Saat peserta didik mendiskusikan pelajaran dan strategi yang mereka gunakan, bahaslah berbagai respon untuk melihat apakah peserta didik belajar sesuai apa yang diharapkan, dan kemudian ubahlah pelajaran jika diperlukan.  Saat peserta didik diberi kesempatan untuk memberi saran bagaimana mereka dapat terbantu dalam pelajarannya dan mengindikasi aktifitas-aktifitas apa atau strategi-strategi pengajaran apa yang paling efektif, mereka menjadi lebih kuat dan secara aktif terikat dalam proses belajarnya.
Penilaian diri dapat memberikan beberapa manfaat baik bagi peserta didik maupun bagi guru itu sendiri.
Keuntungan bagi peserta didik yaitu:
a.       Peserta didik menjadi bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri
  1. Peserta didik dapat menetapkan langkah – langkah berikutnya dalam belajar.
  2. Peserta didik merasa aman tentang sesuatu yang tidak benar.
  3. Meningkatkan harga diri peserta didik dan menjadi sesuatu yang positif
  4. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
  5. Peserta didik menjadi lebih bebas dan termotivasi.
Keuntungan bagi guru yaitu:
a.       Ada suatu pergesaran tanggung jawab dari guru ke peserta didik
  1. Pelajaran lebih efisisen jika para peserta didik termotivasi dan mandiri
  2. Umpan balik membantu guru mengidentifikasi kemajuan peserta didik
  3. Guru dapat mengidentifikasi langkah – langkah berikutnya untuk suatu grup/ individu.
  4. Terjadi persepsi antara sisawa dan guru, peserta didik menjelaskan strategimaka guru mengidentifikasi proses berfikir
  5. Pelajaran lebih efisien memboplehkan tantangan lebih besar

Pada saat peserta didik melakukan penilaian diri hal yang perlu diperhatikan adalah kejujuran. Kadang kita jumpai pada saat mengisi lembar evaluasi diri peserta didik cenderung berbohong dan tidak mengisi sesuai kenyataan karena disebabkan beberapa faktor. Dapat dianalisis bahwa faktor-faktor tersebut muncul dari diri peserta didik sendiri. Guru hendaknya lebih mengenal karekter peserta didik, hal ini berguna pada saat penilaian diri ini dilakukan, karena dengan mengenal karakter peserta didik guru dapat mengidentifikasi tingkat kejujuran peserta didik dalam penilaian diri.
Secara tidak langsung penanaman kejujuran pada peserta didik dilakukan pada saat penilain diri. Alasan dilakukannya penilaian diri oleh peserta didik adalah sebagai berikut.
a.       Peserta didik dapat mengetahui cara mereka melakukan sesuatu dalam kaitan dengan proses belajar mengajar yang mereka hadapi. Penekanan pada pertanyaan ini adalah teknik dan strategi yang digunakan dalam melakukan sesuatu. Untuk dapat mengetahui cara dan strategi yang baik bagi peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah, perlu kiranya guru memberi kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan segala apa yang mereka ketahui tentang pembelajaran yang berlangsung. Perlu disadari oleh guru, bahwa jika peserta didik tidak dapat belajar dengan cara guru mengajar maka guru harus mengajar dengan cara peserta didik belajar.
b.      Setelah mengetahui cara melakukan sesuatu, berikutnya peserta didik dapat mengetahui apa yang membuat mereka sungguh berpikir (objeknya). Dalam melakukan sesuatu, jika kita telah mengetahui objeknya maka pekerjaan kita akan lebih memberikan manfaat dan ada upaya untuk melakukannya dengan cara-cara terbaik. Kondisi lingkungan yang kondusif baik di rumah maupun di sekolah dapat memberikan rangsangan berpikir bagi peserta didik dalam menentukan eksistensi dirinya dalam kaitannya dengan apa yang sedang mereka hadapi. Untuk itu kerjasama yang baik dari guru dan orang tua menjadi faktor penting dan utama dalam mewujudkannya.
c.       Tujuan pembelajaran dan kriteria penilaian merupakan dua hal yang menjadi tumpuan bagi peserta didik agar dapat mengetahui kualitas pekerjaan mereka. Mereka akan dapat mengukur tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran, yang pada akhirnya mereka akan menjadi pebelajar yang mandiri dan penuh tanggung jawab.
d.      Pengalaman belajar menjadi sesuatu yang sangat bermakna bagi peserta didik. Misalnya kegagalan dan kesuksesan dalam menyelesaikan suatu soal menjadikan mereka lebih fokus dan konsentrasi dalam menyelesaikan soal berikutnya. Artinya mereka sudah dapat mengidentifikasi sendiri tahapan-tahapan penyelesaian sesuai dengan kriteria yang ada.
e.       Guru berperan sebagai pemberi informasi pada peserta didik tentang suatu konsep yang belum mampu dikuasai peserta didik, sehingga peserta didik dapat melakukan perbaikan dan revisi terhadap suatu konsep yang belum dikuasainya. Perbaikan dan revisi tersebut harus dilakukan secara terus menerus agar peserta didik benar-benar memahami konsep tersebut.
f.       Untuk membantu peserta didik dalam hal mengingat dan mengerti tentang materi yang disampaikan, guru hendaknya memberikan penekanan pada bagian-bagian pelajaran yang menjadi kunci kesuksesan jika dapat memahami dan mengerti dengan baik.
g.      Guru bertindak sebagai motivator bagi peserta didik untuk menjadikan kelemahan diri peserta didik menjadi sebuah kekuatan bagi diri peserta didik, dan kekuatannya sebagai suatu harapan dalam meraih tujuannya sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.
h.      Dengan melibatkan peserta didik dalam penilaian diri mereka, maka peserta didik akan memperoleh gambaran tentang apakah cara belajar mereka selama ini memberikan hasil yang maksimal atau minimal. Sehingga peserta didik dapat memonitor cara belajarnya agar peserta didik mampu memperoleh hasil yang maksimal.
Teknik Penilaian Diri Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b.      Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
c.        Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian.
d.       Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
e.       Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f.       Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Wujud dari penilaian diri bermacam-macam, ada yang haya berupa daftar cek saja. Penilaian ini hendaknya dilakukan oleh guru untuk memantau tingkat pencapaian kompetensi yang diajarkan dan dapat mengalisis kemudahan dan kesulitan belajar peserta didik sehingga mampu membantu mengatasi masalah belajar peserta didik.

Jumat, 12 Oktober 2012

SASTRA ANAK: NILAI NASIONALISME DALAM PUISI ANAK


NILAI NASIONALISME DALAM PUISI ANAK

I.              PENDAHULUAN
Sastra merupakan pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan struktur bahasa. Sastra merupakan gambaran kehidupan yang bersifat universal. Wilayah sastra meliputi kondisi insani atau manusia yaitu kehidupan dengan segala perasaan, pikiran, dan wawasannya. Hal tersebut sejalan dengan anak-anak yang masih memiliki tingkat imajinasi yang tinggi. Saat ini banyak beredar tentang sastra anak yang isinya diwarnai oleh pengalaman dan pemahaman anak-anak. Sastra anak sekarang tidak hanya berkutat pada dongeng fabel saja, tetapi telah mengenal berbagai macam sastra anak tentang kisah-kisah tradisionl, cerita rakyat, mitos, legenda, fantasi, puisi, dan biografi.
Sastra memberikan kesenangan, kegembiraan, kenikmatan, pendidikan  kepada anak-anak. Nilai seperti itu akan tercapai apabila sastra memperluas cakrawala anak-anak dengan cara menyajikan pengalaman dan wawasan baru bagi anak. Menurut Davis (dalam Sarumpaet, 2009) menyatakan bahwa, sastra anak merupakan sastra yang dibaca anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedangkan penulisannya bisa dilakukan anak sendiri ataupun oleh orang yang dewasa. Sastra ini dikenal sejak nenek moyang kita, sastra akan berkembang sesuai jamannya. Sastra anak dapat ditulis dan dibuat oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Huck dkk (dalam Nurgiyantoro, 2010: 7) mengemukakan bahwa isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi anak itulah yang antara lain  merupakan karakteristik sastra anak. Sastra anak juga merupakan wadah berkreasi untuk mengembangkan daya khayal dan daya imajinasi secara emosi dan psikologi pada anak-anak.
Salah satu karya sastra untuk anak-anak adalah puisi. Tarigan (2011:131) menyatakan bahwa puisi untuk anak-anak berbicara pada anak-anak tetapi dalam bahasa puisi, dan harus menarik bagi perasaan dan emosi mereka. Bahasa puisi untuk anak-anak hendaknya bersifat puitik dan isinya haruslah  langsung menarik minat anak-anak. Untuk itu ruang lingkup puisi anak-anak meliputi segala perasaan, segala pengalaman anak-anak.
Nasionalisme diyakini sebagai syarat mutlak untuk membentuk sebuah negara yang mandiri. Itulah mengapa para founding father kita selalu menekankan akan nasionalisme dan menolak segala bentuk imperialisme, kolonialise, maupun yang ditakutkan oleh Bung Karno yaitu neo-kolonialisme, yang disadari atau tidak saat ini tengah terjadi di pusaran dan pergolakan politik, ekonomi, sosial dan keamanan negeri ini. Sebagai negara yang tengah berdaulat, Indonesia sangat mengharapkan warga negaranya memiliki sikap dan perilaku nasionalisme. Sebab jika tidak, negara ini, baik dalam sistem politik dan ekonomi serta sektor lainnya akan mudah dipengaruhi atau disetir oleh negara lain, yang menginginkan sumber daya alam Indonesia yang terkenal kaya raya. Paham kebangsaan ini menjadi tolok ukur kemajuan dan kemandirian bangsa Indonesia ke depannya. Perlu diketahui, problem ini bukan hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia, tapi juga seluruh bangsa, dan mereka meyakini bahwa nasionalisme itu penting.
Cara lain untuk membangkitkan nasionalisme perlu dicetuskan. Solusi alternatif dan segar perlu memperoleh peluang karena apa yang dilakukan selama ini memang tidak terlalu berhasil. Salah satunya adalah dengan metode kesastraan. Menurut Purnomo (2011) menyatakan bahwa di dini karya-karya sastra digunakan sebagai pembangkit rasa nasionalisme. Mungkin stereotip yang banyak berkembang adalah bahwa karya sastra hanya fiktif belaka, sifatnya hanya imajinatif. Sehingga tidak layak untuk menjadi bahan ajar. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah. Selama ini sastra berjalan dalam dunianya sendiri karena dianggap beda, tidak ilmiah sehingga tidak layak masuk dalam ranah ilmu pengetahuan. Namun tentu kita juga harus melihat dari segi isi dan pesan yang disampaikan. Metode kasastraan ini mengandalkan pembentukkan mental-mental kebangsaan melalui peniruan terhadap sifat-sifat tokoh-tokoh yang ada di dalam karya tersebut, maupun melalui penyerapan  makna dari karya sastra tersebut. Kita tidak bisa menutup mata bahwa karya sastra, baik novel maupun puisi, bisa mempengaruhi pikiran dan sikap pembaca (warga negara).
Penanaman nasionalisme harus dilakukan sejak dini, sehingga sekolah yang merupakan lembaga pendidikan yang membentuk karakter peserta didik sejak dini harus menanamkan sikap ini. Metode kesastraan diharapkan diterapkan dalam proses pembelajaran. Gaya bahasa yang mendalam yang ada dalam karya sastra yang begitu mudah diresapi, diharapkan mampu member penyerapan lebih terhadap makna yang ada dalam karya sastra tersebut. Karya sastra yang disampaikan tentunya yang berbau kepahlawanan dan kebangsaan.


II.           PEMBAHASAN
2.1  Konsep Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda), yang berarti bangsa. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemampuan untuk bersatu, karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan. Rejai (dalam Murniah, 2010) menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu kesadaran sebagai bangsa yang disertai oleh hasrat untuk memelihara, melestarikan dan mengajukan identitas, integritas, serta ketangguhan bangsa. Hal ini dapat dimaknai bahwa nasionalisme adalah sikap atau perilaku yang diwujudkan atau diaktualisasikan dalam bentuk tindakan untuk memelihara dan melestarikan identitas dan terus berjuang untuk memajukan bangsa dan negara, dengan membasmi setiap kendala yang menghalangi di jalan kemajuan.
Beberapa pendapat para ahli tentang nasionalisme dipaparkan oleh Mukti (2011) seperti di bawah ini.
a.    Hans Kohn (1986), menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tdrtinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. 
b.    Slamet Mulyana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara.
c.    Sejarawan Indonesia, Sartono Kartodirdjo menjelaskan nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi historis, politis, ekonomi, dan sosial tertentu. Nasionalisme dalam taraf pembentukannya seperti masa-masa Pergerakan Nasional dihubungkan dengan unsur-unsur subjektif. Unsur-unsur itu dapat dilihat dengan adanya istilah-istilah: group counsciousness, we-sentiment, corporate will dan bermacam-macam fakta mental lainnya. Pada taraf ini nasionalisme belum memasukkan unsur-unsur objektif seperti territorial (wilayah), negara, bahasa, dan tradisi bersama.
Rasa nasionalisme hendaknya diterapkan pada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Anak-anaklah yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini, dengan penanaman rasa nasionalisme sejak dini negara akan menjadi negara yang tetap bersatu. Alhakim (2011) memaparkan bahwa nasionalisme Indonesia  merupakan bentuk dari nilai juang terhadap bangsa yang tercermin pada:
a.    sikap dan perilaku baik fisik mau pun non-fisik yang dilandasi oleh rasa rela berkorban, semangat untuk maju, kerja keras, tanpa pamrih, keberanian, belajar dengan rajin, keperkasaan yang berkaitan dengan Indonesia,
b.    nilai juang yang mampu melandasi sikap komitmen serta ketegaran untuk melakukan suatu demi tercapainya sebuah cita-cita bersama, bangga menjadi bangsa Indonesia, meneruskan perjuangan para pahlawan, memiliki rasa kesatuan di dalam wadah NKRI,
c.    nilai juang yang selalu berkaitan dengan nilai kepahlawanan, antara lain: sikap kesetiakawanan sosial, cinta tanah air, percaya kepada kemampuan diri sendiri, ulet dan tangguh.

2.2  Konsep Nasionalisme dalam Sastra
Purnomo (2011) menyatakan bahwa kesusastraan Indonesia memang sering dibayangkan sebagai tangan-tangan tak terlihat dalam mendorong proses pemersatuan daerah, mulai dari kampung-kampung dan suku-suku di Nusantara sampai menjadi satu bentuk negara yang menggambarkan keindonesiaan. Sastra ibarat sihir yang terus-menerus memberikan semangat magis bagi revolusi fisik. Ada semacam kepercayaan bahwa revolusi pra-Indonesia tidak akan terwujud jika masih diperjuangkan lewat konfrontasi bersenjata atau diplomasi internasional. Kebutuhan terhadap legitimasi (pengesahan) geografi mutlak dilakukan melalui kata-kata yang berpotensi sloganistik dan  memberikan pendapat secara intens bagi penduduk di Nusantara, yang secara ideologis akan mengeraskan betapa pentingnya berkumpul dalam sebuah rumah besar yang teduh bernama Indonesia. Puisi atau prosa (cerpen, novel, atau drama) karya para sastrawan kita menunjukkan hal itu.
Widarmanto (2011) menyatakan bahwa unsur-unsur nasionalisme yang terletak pada suatu karya sastra seperti pada puisi berfungsi untuk memupuk, menumbuhkan, dan memperkokoh rasa cinta pada tanah air. Dengan kegiatan bersastra, anak juga bisa belajar tentang nasionalisme. Sastra yang menyuarakan nasionalisme bukan barang baru dalam khazanah kesusastraan dunia. Persoalan nasionalisme di Indonesia merupakan lahan inspirasi yang subur bagi penciptaan karya sastra. Bahkan, identitas kenasionalan karya sastra merupakan isu yang panas dalam menentukan kelahiran sejarah sastra Indonesia. Itu berarti, nasionalisme bukan saja hadir sebagai sumber inspirasi belaka namun sekaligus hadir sebagai penanda eksistensi terhadap keindonesiaan sebuah karya sastra.

2.3  Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak
Pada subbab ini akan dibahas tentang nilai-nilai nasionalisme yang terdapat pada puisi anak. Puisi-puisi anak tersebut diambil dari antologi puisi anak SD yang berjudul Bintang Masa Depan (Buku Kumpulan Puisi Anak SD) Dinas Pendidikan Sleman  karya Akhid Heru Prabawa.
2.3.1        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Semua Sama
Nilai nasionalisme yang terdapat pada puisi anak yang berjudul Semua Sama dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini.
a.       Menjadikan perbedaan sebagai sebuah kesatuan
Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa di Indonesia memiliki banyak perbedaan seperti yang dituliskan pada puisi yang berjudul Semua Sama.
Ada hitam ada putih
Ada baik ada buruk
Keriting ada lurus juga ada
Tidak lupa congkak dan angkuh pun bercampur
Semua yang ada memang lah tak sama
Itulah bangsa Indonesia seperti yang ada di negeri ini. Tetapi perbedaan-perbedaan itu tidak menjadi sebuah alasan untuk terpecah belah. Dengan adanya slogan “bhineka tunggal ika” perbedaan-perbedaan itu akan menjadi sebuah kesatuan dengan sebuah artian berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Hal ini tampak secara tersurat pada larik terakhir puisi yang berjudul Semua Sama.
Dan berbhineka pun kemudian menyimbolkan
Namun ada tunggal dan ika dalam kebhinekaan
Yang amat luas

2.3.2        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Indonesiaku
Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme dalam puisi anak Indonesiaku adalah sebagai berikut.
a.       Bangga terhadap keindahan alam Indonesia
Sikap bangga terhadap keindahan alam Indonesia merupakan salah satu wujud sikap yang mencerminkan nilai naionalisme di Indonesia. Dengan membanggakan alam negeri sendiri akan membuat anak menjaga keindahan alam sehingga keindahan alam itu tetap bisa dinikmati sampai kapan pun. Larik yang menandakan sikap ini adalah pada larik pertama samapai keenam dan diperkuat pada larik ke-7.
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Pilihan kata yang digunakan pada larik pertama samapi keenam adalah wujud penggambaran alam Indonesia, bahwa alam Indonesia itu indah. Pada larik ke-7 penguatan tentang kebanggaan terhadap alam Indonesia dengan menggunakan pilihan kata “Itulah Indonesiaku” mempertegas bahwa yang digambarkan pada larik sebelumnya adalah tentang negeri Indonesia.

b.      Cinta tumpah darah Indonesia
Sikap cinta tanah air yang terwujud pada puisi Indonesiaku dapat dilihat dari larik ke-8 dan ke-9 dari puisi tersebut.
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata
Sikap cinta terhadap tanah air salah satunya dapat wujudkan melalui menjalani hidup kita di negara kita sendiri dengan membangun negara kita sendiri. Pada puisi Indonesiaku wujud cinta tumpah darah Indonesia tercermin pada penggunaan kata “dilahirkan dan dibesarkan, akhir menutup mata”.

2.3.3        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Kemerdekaan Indonesia
Pada puisi anak yang ketiga berjudul Kemerdekaan Indonesia mungkin sudah nampak dari judulnya bahwa puisi anak ini akan membicarakan tentang kemerdekaan Indonesia. Di mana kita sudah ketahui perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka telah mewujudkan suatu sikap nasionalisme. Nilai-nilai nasionalisme lainnya yang terdapat pada puisi anak Kemerdekaan Indonesia dapat dilihat pada pembahasan di bawah ini.
a.       Mempertahankan dan menjaga kemerdekaan negara Indonesia
Sikap nasionalisme yang dimunculkan dalam puisi anak Kemerdekaan Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada baris keenam, ketujuh, dan kedelapan. Pada baris tersebut dapat kita jumpai pemilihan kata “mahal harganya, diukur dengan harta, sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua” dengan pemilihan kata tersebut ditekankan bahwa kemerdekaan itu tidak bisa dibeli dengan apa pun, sehingga kita yang telah diberi kemerdekaan beruhasa untuk tetap mempertahankan kemerdekaan. Tujuan dari pilihan kata yang tertulis pada baris keenam, ketujuh, dan kedelapan adalah untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan.
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua



b.      Belajar tekun
Nilai nasionalisme berikutnya yang terdapat pada puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai bangsa yang baik hendaknya belajar dengan tekun sehingga kelak dapat membangun negara dengan baik, dan menjadi generasi bangsa yang berprestasi, dan memajukan negara, serta mengharumkan negara di kancah Internasional. Nilai ini jelas terlihat secara tersurat pada larik kesepuluh. Kewajiban sebagai anak bangsa untuk bisa membangun bangsa salah satunya dengan belajar teku.
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa

c.       Membangun bangsa
Salah satu tugas sebagai generasi penerus yang baik adalah dengan membangun bangsa menjadi bangsa yang baik, bermoral, dan bangsa yang menghormati perjuangan pahlawan-pahlawan yang telah menciptakan kemerdekaan bagi negara ini. Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme ini tampak tersirat pada larik kesepuluh yang berbunyi seperti di bawah ini. Dengan membangun bangsa akan menjadikan negara yang kaya raya.
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….

d.      Kerja keras
Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme berikutnya adalah bekerja keras. Secara tersirat sikap ini dapat kita temukan pada baris yang berbunyi,
kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Sikap yang tercermin pada penggalan puisi di atas menandakan bahwa kita harus bekerja keras untuk membangun bangsa. Dengan bekerja keras keinginan menjadikan negara ini menjadi negara yang kaya raya akan terwujud.
e.       Menghargai dan mengingat jasa pahlawan
Sikap berikutnya yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme yang tertuan pada puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia adalah menghargai dan mengingat jasa pahlawan. Tidak bisa dipungkiri bahwa negara kita merdeka karena perjuangan para pahlawan yang gigih membela tanah air kita. Dengan menghargai jasa pahlawan kita nantinya akan memupukkan rasa cinta tanah air dengan membangun bangsa ini dan menjadikan negara ini menjadi lebih baik seperti yang dicita-citaka oleh para pahlawan yang telah mendahului kita. Sikap ini perlu ditanamkan kepada anak-anak agar kelak kalau ia dewasa menjadi peka terhadap kemajuan bangsa. Secara tersirat sikap ini nampak pada inti dari puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan baris puisi yang berbunyi seperti di bawah ini.
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
Dengan menghargai dan mengingat jasa pahlawan kita akan terpacu untuk membuat negara ini menjadi lebih baik dan menjadikan para pahlawan angga dengan apa yang dilakukan anak dan cucu-cucunya.

2.3.4        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Manusia Sabang dan Merauke
Nilai nasionalisme yang terkandung dalam puisi anak yang berjudul Manusia Sabang dan Merauke adalah menyatukan perbedaan ke dalam satu kesatuan Indonesia. Di dalam puisi tersebut secara tersurat berisi tentang perbedaan yang sangat mencolok dari bangsa Indonesia di Sabang dan di Merauke.
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin di sebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam

pilihan kata “megah” dan “lusuh” merupakan suatu dikotomi yang sangat menonjol, apalagi dikuatkan dengan pemunculan kata “barat” dan “timur”. Jelas terlihat bahwa kata-kata yang muncul adalah membedakan antara keadaan di barat dan keadaan di timur. Walaupun jelas sangat berbeda antara keadaan di barat di timur seperti yang digambarkan pada larik puisi di atas, perbedaan itu tetap menjadi sebuah kesatuan bangsa Indonesia. Nilai nasionalisme ini sangat baik ditanamkan pada anak-anak karena dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang kokoh jika anak tersebut beranjak dewasa agar tidak menimbulkan perpecahan. Tidak menjadikan perbedaan menjadi sebuah perpecahan. Sikap nasionalisme merasa berbangsa satu tanah air Indonesia ini tampak pada larik puisi Manusia Sabang dan Merauke pada larik terakhir. Dari perbedaan yang digambarkan adalah Sabang merupakan Putih dan Merauke adalah hitam tetapi karena merasa satu Indonesia putih dan hitam tersebut digabung menjadi satu yaitu Indonesia.
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam

2.3.5        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Serdadu Proklamasi
Nilai nasionalisme yang tersimpan dalam puisi anak kelima yang berjudul Serdadu Proklamasi menceritakan tentang perjuangan pahlawan dalam membela kemerdekaan sampai dikumandangkan proklamasi di negeri tercinta ini. Sikap-sikap yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dapt dilihat seperti yang dibahas di bawah ini.
a.       Semangat berjuang
Semangat berjuang para pahlawan terdahulu merupakan salah satu sikap yang mencerminkan nasionalisme yang harus kita teladani sampai saat ini. Nilai nasionalisme tersebut secara tersurat terkandung dalam puisi anak yang berjudul Serdadu Proklamasi. Semangat berjuang itu dari dulu hingga sekarang perlu kita tanamkan, hal ini dapat kita lihat pada pilihan kata “Puluhan tahun” yang berarti semangat berjuang itu sudh ada pada puluhan tahun yang dulu dan semangat itu masih ada sampai sekarang yang dapat dilihat pada pilihan kata “Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang”.
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang

b.      Rela berkorban
Nilai nasionalisme berikutnya yang terkandung dalam puisi anak Serdadu Proklamasi adalah rela berkorban. Sikap rela berkorban untuk kemerdekaan negara republik Indonesia hal ini dapat dilihat dari larik kelima dan keenam, pada larik itu menceritakan bahwa pahlawan proklamasi rela berkorban untuk kemerdekaan RI, jika mereka tidak rela berkorban pasti sampai sekarang negara RI belum merdeka.
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema

c.       Semangat nasionalisme
Semangat nasionalisme merupakan salah satu nilai nasionalisme yang tampak pada puisi ini. Secara tersurat sikap yang dimiliki pahlawan proklamasi adalah semangat nasinalisme hal ini tampak pada pilihan kata “Kobaran nasionalismemu membawa bangsa ini hingga merdeka”. Semangat nasionalisme dari pahlawan dapat mengajarkan kepada anak-anak untuk tetap memiliki sikap tersebut. Pahlawan proklamasi memiliki sikap semangat dalam mengobarkan nasionalisme sehingga membuat negara merdeka.
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka

2.3.6        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Majulah Terus Siswa Indonesia
a.       Percaya diri
Sikap nasionalisme yang ada dalam puisi anak Majulah Terus Siswa Indonesia adalah percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari baris puisi yang berbunyi “kuasailah dirimu dengan sikap optimis” baris ini secara langsung menyuruh untuk bersikap percaya diri.
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis




b.      Pantang menyerah
Sikap yang perlu diteladani dari puisi anak  Majulah Terus Siswa Indonesia selanjutnya adalah pantang menyerah. Hal ini terbukti dari baris di bawah ini yang berbunyi
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan.
Baris puisi di atas mengisyaratkan bahwa sebagai generasi penerus bangsa yang mencerminkan nilai nasionalisme adalah pantang menyerah.

c.       Kerja keras
Sebagai generasi penerus bangsa yang mencerminkan sikap nasionalisme salah satunya adalah memiliki sikap kerja keras. Dengan sikap kerja keras yang ditumbuhkan sejak anak-anak, kelak dengan sikap kerja keras itu akan membangun negara Indonesia ke arah yang lebih baik. Pada baris kelima puisi yang berjudul Majulah Terus Siswa Indonesia menandakan bahwa generasi muda atau siswa Indonesia harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita dan melawan halangan yang menghadang.
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera


III.        PENUTUP
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa puisi anak mengandung nilai nasionalisme yang perlu diteladani. Dari hasil pembahasan menunjukkan bahwa dari keenam puisi anak terdapat nilai-nilai nasionalisme yang bisa diteladani yang terdiri dari: menjadikan perbedaan sebagai sebuah kesatuan, bangga terhadap keindahan alam Indonesia, cinta tumpah darah Indonesia, mempertahankan dan menjaga kemerdekaan negara Indonesia, belajar tekun, membangun bangsa, kerja keras, menghargai dan mengingat jasa pahlawan, menyatukan perbedaan ke dalam satu kesatuan, percaya diri, dan pantang menyerah.




DAFTAR RUJUKAN

Alhakim, Suparlan. 2010. Nasionalisme Indonesia (Hand Out Perkuliahan). Hand Out tidak diterbitkan. Malang: FIS Universitas Negeri Malang.
Mukti, Dadot. 2010. Pengertian Nasionalisme. (Online), (http://bangsaku-indonesiaku.blogspot.com/2008/10/pengertian-nasionalisme.html, diakses 28 Maret 2012)
Murniah, Dad. 2010. Nasionalisme dalam Sastra Indonesia. (Online), (http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/lamanv42/?q=detail_artikel/1319, diakses 28 Maret 2012)
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarya: UGM Press.
Purnomo, Adi. 2011. Nasionalisme dalam Sastra  (Online), (http://gmni.ft.ugm.tripod.com/nasionalisme.html, diakses 28 Maret 2012)
Prabawa, Akhid Heru. 2008. Bintang Masa Depan (Buku Kumpulan Puisi Anak SD) Dinas Pendidikan Sleman  (Online), (http://ahewa.wordpress.com/2008/12/16/puisi-anak-sd/, diakses 22 Maret 2012)
Sarumpaet. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Widarmanto, Tjahyono. 2011. Sastra dan Ideologi Nasionalisme  (Online), (http://sastra-indonesia.com/2011/11/sastra-dan-ideologi-nasionalisme/, diakses 28 Maret 2012)

LAMPIRAN PUISI ANAK

Semua Sama
Ada hitam ada putih
Ada baik ada buruk
Keriting ada lurus juga ada
Tidak lupa congkak dan angkuh pun bercampur
Semua yang ada memang lah tak sama
Dan berbhineka pun kemudian menyimbolkan
Namun ada tunnggal dan ika dalam kebnhinekaan
Yang amat luas

Indonesiaku
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata

Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya

Manusia Sabang dan Merauke
Ketika menunjuk ujung barat Indonesia
Ketika menunjuk ujung timur Indonesia
Mata ini tak lepas lepasnya membelalak
mengikuti putaran irama yang sedang membiak
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin disebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Apa mau dikata dan siapa mau menyangka
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam


Serdadu Proklamasi
Terngiang – ngiang sudah
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
Tidak pernah terpikirkan
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu
menorehkan barisan berapi – api
Perjuangan itu menjalar hingga sekarang
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
Oh, serdadu proklamasi
maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu
tersendat bagaikan kereta yang macet

Majulah Terus Siswa Indonesia
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan