BUKA LINK INI JIKA INGIN MENGETAHUI LEBIH DETAIL DARI BAHAN AJAR MEMBACAKAN CERPEN
http://bahasasastra.multidukasi.com/index.php
GELEMBUNG PENA MARISTA
dari sini aku akan belajar menggelembungkan pena kecilku agar menjadi besar, dengan pena kita dapat mengubah dunia yang kecil menjadi besaaarrrrrr....
Minggu, 10 November 2013
Kamis, 27 Desember 2012
RUMIT
Saya rasa blog ini jauh sekali dengan cerita-cerita cinta,bukannya saya anti cinta ato apa tapi kadang saya tidak begitu tertarik dengan apa yang dinamakan cinta. Ya cinta memang kisah dua pasang anak manusia yang konon katanya anak manusia yang memiliki perbedaan kelamin (ini normalnya). Tak tau mengapa, malam ini, detik ini ingin sekali bercuap-uap tentang cinta.
Sebenarnya apa ya definisi cinta itu? Apakah cinta itu dapat dibuktikan secara ilmiah?
Mengapa banyak orang yang mengagung-agungkan cinta?
Padaal tidak banyak diantara mereka yang selalu tersiksa, tersakiti, dan ter-ter yang lain oleh cinta.
Tidak selamanya apa yang dinamakan cinta itu inddah kan????
Ada sebuah kisah yang tau entah darimana datangnya, kisah tiga anak manusia yang sedang merumitkan cinta.
Apakah mereka paham tentang definisi cinta yang sebenarnya saya juga tak tahu.
ketiga anak manusia itu adalah bulan, bhaskara, dan bagaskara. Secara linguistik nama-nama itu hampir memiliki kemiripan makna. Lihat saja secara tak sengaja nama mereka adalah anggota dari gugusan satelit-satelit. Bulan merupakan satelit bumi, Bhaskara dan Bagaskara itu dalam makna bahasanya adala matahari yang merupakan satelit terbesar.
Memulai cerita ini sama seperti memulai menemukan jarum di tumpukan jerami, sunggu sulit, saya sendiri ak tau harus memulai dari mana.
Menemukan awal cerita ini merupakan awal yang cukup baik walaupun isinya nanti sangat tak sesuai angan-angan saya, kadang jemari saya pada saat memainkan dan menari di atas keyboard berlawanan dengan pikiran yang sedang melayang-layang di benak.
Kisah ini berawal dari perkenalan singkat di sebuah kantor produksi antara Bulan dan Bhaskara. Perkenalan itu hanya menyisakan sebuah nomor telepon seluler milik Bulan. Ceritanya tak menarik siih tapi dengan cerita ini kita akan belajar bagaimana sebenarnya definisi cinta itu.
Perkenalan yang singkat itu beranjut di sebuah SMS, hanya sekadar SMS yang mnghubungkan anatar keduanya. Lambat laun keduanya mulai membagi akun-akun di media sosial yang mereka miliki. keterbiasaan berkomunikasi membuat Bulan larut akan bualan-bualan Baskara yang bisa dikatakan yaa cowok yang cukkup kece kalau diliat dengan mata telanjang. Bulan menemukan hal yang selama ini ia cari dari sosok Bagaskara lelaki yang sudah cukup lama berada di dalam hidupnya berada dalam diri Bhaskara. Kenyamanan demi kenyamanan dia dapatkan dari diri Bhaskara yang tidak pernah dia temukan dari Bagaskara.
Hubungan yang, yaa bisa dibilang terlarang itu cukup mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kasih sayang yang diberikan Bhaskara kepada Bulan membuat Bulan mulai meragukan Bagaskara. Bagaskara adalah sosok laki-laki yang baik, memiliki segalanya, dan yang lebih penting memiliki peluang yang lebih dibanding orang lain di mata orangtua Bulan. Rasa sayang Bagaskara pada BUlan tak kalah hebat dari semua yang dimilikinya. Untuk para kaum hawa Bagaskara ini adala tipe-tipe lelaki masa depan idaman, tetapi berbeda dengan Bulan, dia lebih mulai tak bisa menemukan rasa jika bersama Bagaskara, walaupun Bagaskara selalu mengujani Bulan dengan rasa sayang. Bulan mulai memandang sebelah mata Bagakara, dan Bhaskaralah yang berhasil menggeser nama Bagaskara di hati Bulan.
Cinta terlarang antara Bulan dan Bhaskara diketahui oleh Bagaskara. Bulan yang takut keilangan keduanya harus benar-benar memilih mana yang layak untuk dipilih, di sini ternyata bukan masalah layak atau bukan, tapi masalah masa depan.
Masa depan tak hanya dapat dilihat dari materi atau kemapanan bekerja, masa depan juga bergantung dari restu orang tua.
Bagaskara sudah mengantongi semua itu walaupun kini cinta Bulan tak berpihak padanya. Bulan tak mammpu lagi menyakiti hati orang-orang terkasihnya, akhirnya pilihan tetap jatuh di Bagaskara.
Bhaskara adalah orang yang menyintai Bulan lebih dari apapun. Cintanya kepada Bulan mungkin tak dapat dimiliki oleh orang lain. tapi keadaan memaksanya untuk mengubur dalam-dalam cintanya itu. Baskara yang tak memiliki kesempatan untuk mendapatkan cinta Bulan tetap bertekad berusaha membuktikan kepada semuanya bahwa dia bisa (bisa membuat Bulan bahagia kelak).
Niat dan kemauan Bulan tak daat diganggu gugat, pilihannya tetap pada Bagaskara, laki-laki yang mau menerima sgala kesalahan terbesar dari Bulan dan tetap akan menyintai Bulan seperti kemarin2 saat Bulan belum melakukan kesalahan.
Di sisi lain hati Bulan masih tertinggal di Bhaskara laki-laki yang mampu memberi warna berbeda di setiap hembusan nafasnya, hidup yang dirasa monoton semenjak kedatangan Bhaskara mulai pudar kemonotonanya itu. Tekanan keadaan membuat dia tak mampu menyakiti hati orang tuanya dn hati Bagaskara yang sudah teramat sangat baik baginya. Mungkin saat ini hanya Bulaan yang tau apa yang dia rasakan dan apa yang membuat dia mengorbankan hatinya untuk sebuah pilihan hidup. Bagaskara, laki-laki yang terlalu bik untuk ditinggalkan dan Bhaskara adala laki-laki yang terlalu kasihan untuk ditinggalkan.
Kamis, 18 Oktober 2012
PENILAIAN DIRI (SELF ASSESMENT) MEMBANTU MENGATASI MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK
PENILAIAN
DIRI (SELF ASSESMENT) MEMBANTU
MENGATASI MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK
Proses pendidikan akan
berlangsung efektif dan memiliki dampak yang berarti bagi proses perubahan dan
pembangunan jika dilihat melalui alat ukur kinerja baik proses maupun
produknya. Alat yang selama ini dikenal untuk melihat kinerja tersebut
adalah evaluasi pendidikan. Dengan instrumen evaluasi yang baik dan
representatif serta valid maka efektivitas dan kualitas pendidikan yang selama
ini berjalan dapat dengan mudah terlihat. Yang menarik dalam evaluasi
pendidikan yang saat ini dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional dengan
model penilaian yang dilakukan oleh peserta didik (self assesment).
Selama
ini penilaian keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran pada umumnya
dilakukan oleh guru, sedangkan peserta didik menjadi obyek penilaian sehingga
informasi yang diperoleh belum menunjukkan gambaran yang sesungguhnya tentang peserta
didik. Sebagai contoh, seorang guru memberi nilai rendah pada peserta didiknya
yang suka mengganggu temannya pada saat guru mengajar. Di sini guru memberikan
keputusan bukan berdasarkan kemampuan peserta didik itu sendiri, tetapi hanya
berdasarkan perilaku peserta didik yang dilihat guru secara kasat mata saja,
padahal guru belum mengetahui secara jelas apa atau mengapa peserta didik
tersebut menggangu temannya. Peserta didik nampaknya memperoleh
manfaat dari strategi penilaian diri dari belajar, namun sedikit kesulitan bagi
peserta didik yang memperoleh nilai rendah dalam menilai diri mereka. Guru
dapat menolong dengan cara membangun suasana kerjasama antar peserta didik
dalam mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan.
Penilaian oleh peserta didik (self assesment) adalah sebuah teknik
penilaian yang dilakukan oleh peserta didik (peserta didik) dalam menggali,
menemukan dan mengemukakan tentang kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
berbagai hal, serta mampu untuk menyikapi dan memperbaiki atas segala
kekurangan yang ada serta menguatkan dan mengembangkan lebih lanjut atas segala
kelebihannya. Penilaian
diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian kompetensi
kognitif di kelas, misalnya peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai
hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan
atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif,
misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta
untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat
diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini
dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain adalah sebagai
berikut (1) dapat
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan
untuk menilai dirinya sendiri, (2) peserta didik menyadari kekuatan dan
kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan
introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, dan (3) dapat
mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena
mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Penilaian diri sebagai
teknik penilaian akan sangat efektif untuk menggali nilai-nilai spiritual,
moral, motif, sikap, bahkan aspek motorik dan kognitif peserta didik.
Dengan teknik ini peserta didik diajak secara objektif untuk melihat ke dalam
dan keadaan dirinya sendiri dengan jujur dan jernih. Dampak positif lain
dari efektivitas teknik penilaian diri adalah peserta didik akan dikondisikan
dan dibiasakan untuk selalu jujur. Dan jika anak selalu menjaga kondisi
sikap dirinya ini sangat positif bagi upaya pembangunan karakter peserta didik.
Peserta didik perlu memeriksa pekerjaan mereka dan memikirkan tentang apa yang
terbaik untuk dilakukan dan area mana mereka perlu dibantu. Untuk
menuntun peserta didik dalam memahami proses penilaian diri, guru perlu
melengkapi mereka dengan lembaran self-assessment.
Melalui penilaian diri
sendiri dan pemikiran, peserta didik belajar untuk menilai pelajaran mereka
sendiri dengan tujuan untuk memperbaikinya. Untuk menjadi penilai yang
cakap atas pelajarannya sendiri, peserta didik harus memiliki
tujuan-tujuan yang jelas, kesempatan untuk membantu membuat definisi dari
kerja yang berkualitas, tanggapan, dan kesempatan untuk memperbaiki pekerjaan
sebelum mereka menjalankannya. Setelah menyelesaikan proyek, para peserta
didik harus merenungkan kekuatan dan kelemahan dari pekerjaannya, membuat
rencana-rencana perbaikan, dan satukan tugas dengan pelajaran sebelumnya.
Tipe-tipe penilaian diri sendiri ini
membagi tema yang umum, mereka meminta peserta didik menilai pekerjaannya untuk
menentukan apa yang telah mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan bagian
mana yang masih tidak dimengerti. Melalui bentuk-bentuk ini peserta didik
menilai perkembangan mereka dalam pengetahuan, kecakapan, strategi, proses dan
sikap. Aplikasi Menilai Proyek memiliki beberapa contoh penilaian
pemikiran diri sendiri untuk membantu peserta didik menilai usaha-usaha pribadi
mereka, partisipasi mereka dalam kelompok, proses berpikir mereka, tugas
tertulis dan presentasi, dan kinerja kecakapan dan proses mereka.
Para peserta didik tidak belajar untuk
menilai sendiri pelajarannya, mereka harus diajarkan strategi untuk pemantauan
dan penilaian diri sendiri. Strategi yang efektif tersebut seperti yang
dipaparkan di bawah ini.
a.
Contoh menggunakan daftar atau rubrik
untuk menilai tulisan dengan menggunakan strategi berpikir keras sebagaimana
yang dilihat di setiap kriteria.
b.
Para peserta didik mencoba teknik mereka
sendiri dengan menggunakan salah satu contoh tulisan mereka.
c.
Para peserta didik menilai tulisan satu
sama lain, menilai diri sendiri dan membuat komentar.
Cara
yang efektif untuk mendorong penilaian diri sendiri peserta didik adalah dengan
meminta peserta didik membuat kriteria penilaiannya sendiri. Untuk
melakukan ini, peserta didik harus menganalisa tiap aspek dari proses dan
produk belajarnya, yang artinya mendorong pemahaman yang lebih dalam. Pengamatan dan pemikiran peserta didik juga
memberikan umpan balik yang bernilai untuk menyaring rencana-rencana pelajaran.
Saat peserta didik mendiskusikan pelajaran dan strategi yang mereka gunakan,
bahaslah berbagai respon untuk melihat apakah peserta didik belajar sesuai apa
yang diharapkan, dan kemudian ubahlah pelajaran jika diperlukan. Saat peserta
didik diberi kesempatan untuk memberi saran bagaimana mereka dapat terbantu
dalam pelajarannya dan mengindikasi aktifitas-aktifitas apa atau
strategi-strategi pengajaran apa yang paling efektif, mereka menjadi lebih kuat
dan secara aktif terikat dalam proses belajarnya.
Penilaian diri dapat memberikan beberapa manfaat baik
bagi peserta didik maupun bagi guru itu sendiri.
Keuntungan bagi peserta didik yaitu:
a.
Peserta didik menjadi bertanggung jawab
terhadap belajarnya sendiri
- Peserta
didik dapat menetapkan langkah – langkah berikutnya dalam belajar.
- Peserta didik merasa aman tentang sesuatu yang tidak
benar.
- Meningkatkan harga diri peserta didik dan menjadi
sesuatu yang positif
- Peserta
didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
- Peserta
didik menjadi lebih bebas dan termotivasi.
Keuntungan bagi guru yaitu:
a.
Ada suatu pergesaran tanggung jawab dari
guru ke peserta didik
- Pelajaran
lebih efisisen jika para peserta didik termotivasi dan mandiri
- Umpan
balik membantu guru mengidentifikasi kemajuan peserta didik
- Guru
dapat mengidentifikasi langkah – langkah berikutnya untuk suatu grup/
individu.
- Terjadi
persepsi antara sisawa dan guru, peserta didik menjelaskan strategimaka
guru mengidentifikasi proses berfikir
- Pelajaran lebih efisien memboplehkan tantangan lebih
besar
Pada saat peserta didik
melakukan penilaian diri hal yang perlu diperhatikan adalah kejujuran. Kadang
kita jumpai pada saat mengisi lembar evaluasi diri peserta didik cenderung
berbohong dan tidak mengisi sesuai kenyataan karena disebabkan beberapa faktor.
Dapat dianalisis bahwa faktor-faktor tersebut muncul dari diri peserta didik
sendiri. Guru hendaknya lebih mengenal karekter peserta didik, hal ini berguna
pada saat penilaian diri ini dilakukan, karena dengan mengenal karakter peserta
didik guru dapat mengidentifikasi tingkat kejujuran peserta didik dalam
penilaian diri.
Secara tidak langsung
penanaman kejujuran pada peserta didik dilakukan pada saat penilain diri. Alasan
dilakukannya penilaian diri oleh peserta didik adalah sebagai berikut.
a.
Peserta
didik dapat mengetahui cara mereka melakukan sesuatu dalam kaitan dengan proses
belajar mengajar yang mereka hadapi. Penekanan pada pertanyaan ini adalah
teknik dan strategi yang digunakan dalam melakukan sesuatu. Untuk dapat
mengetahui cara dan strategi yang baik bagi peserta didik dalam menyelesaikan
suatu masalah, perlu kiranya guru memberi kesempatan kepada mereka untuk
mengungkapkan segala apa yang mereka ketahui tentang pembelajaran yang
berlangsung. Perlu disadari oleh guru, bahwa jika peserta didik tidak dapat
belajar dengan cara guru mengajar maka guru harus mengajar dengan cara peserta
didik belajar.
b.
Setelah mengetahui cara
melakukan sesuatu, berikutnya peserta didik dapat mengetahui apa yang membuat
mereka sungguh berpikir (objeknya). Dalam melakukan sesuatu, jika kita telah
mengetahui objeknya maka pekerjaan kita akan lebih memberikan manfaat dan ada
upaya untuk melakukannya dengan cara-cara terbaik. Kondisi lingkungan yang
kondusif baik di rumah maupun di sekolah dapat memberikan rangsangan berpikir bagi
peserta didik dalam menentukan eksistensi dirinya dalam kaitannya dengan apa
yang sedang mereka hadapi. Untuk itu kerjasama yang baik dari guru dan orang
tua menjadi faktor penting dan utama dalam mewujudkannya.
c.
Tujuan pembelajaran dan
kriteria penilaian merupakan dua hal yang menjadi tumpuan bagi peserta didik
agar dapat mengetahui kualitas pekerjaan mereka. Mereka akan dapat mengukur
tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran, yang pada akhirnya mereka akan
menjadi pebelajar yang mandiri dan penuh tanggung jawab.
d.
Pengalaman belajar
menjadi sesuatu yang sangat bermakna bagi peserta didik. Misalnya kegagalan dan
kesuksesan dalam menyelesaikan suatu soal menjadikan mereka lebih fokus dan
konsentrasi dalam menyelesaikan soal berikutnya. Artinya mereka sudah dapat
mengidentifikasi sendiri tahapan-tahapan penyelesaian sesuai dengan kriteria
yang ada.
e.
Guru berperan sebagai
pemberi informasi pada peserta didik tentang suatu konsep yang belum mampu
dikuasai peserta didik, sehingga peserta didik dapat melakukan perbaikan dan
revisi terhadap suatu konsep yang belum dikuasainya. Perbaikan dan revisi
tersebut harus dilakukan secara terus menerus agar peserta didik benar-benar
memahami konsep tersebut.
f.
Untuk membantu peserta
didik dalam hal mengingat dan mengerti tentang materi yang disampaikan, guru
hendaknya memberikan penekanan pada bagian-bagian pelajaran yang menjadi kunci
kesuksesan jika dapat memahami dan mengerti dengan baik.
g.
Guru bertindak sebagai
motivator bagi peserta didik untuk menjadikan kelemahan diri peserta didik
menjadi sebuah kekuatan bagi diri peserta didik, dan kekuatannya sebagai suatu
harapan dalam meraih tujuannya sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.
h.
Dengan melibatkan peserta
didik dalam penilaian diri mereka, maka peserta didik akan memperoleh gambaran
tentang apakah cara belajar mereka selama ini memberikan hasil yang maksimal
atau minimal. Sehingga peserta didik dapat memonitor cara belajarnya agar peserta
didik mampu memperoleh hasil yang maksimal.
Teknik
Penilaian Diri Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan
objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan
kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b. Menentukan
kriteria penilaian yang akan digunakan.
c. Merumuskan format penilaian,
dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian.
d. Meminta peserta didik
untuk melakukan penilaian diri.
e. Guru
mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik
supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f. Menyampaikan
umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil
penilaian yang diambil secara acak.
Wujud
dari penilaian diri bermacam-macam, ada yang haya berupa daftar cek saja.
Penilaian ini hendaknya dilakukan oleh guru untuk memantau tingkat pencapaian
kompetensi yang diajarkan dan dapat mengalisis kemudahan dan kesulitan belajar
peserta didik sehingga mampu membantu mengatasi masalah belajar peserta didik.
Jumat, 12 Oktober 2012
SASTRA ANAK: NILAI NASIONALISME DALAM PUISI ANAK
NILAI
NASIONALISME DALAM PUISI ANAK
I.
PENDAHULUAN
Sastra
merupakan pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan
struktur bahasa. Sastra merupakan
gambaran kehidupan yang bersifat universal. Wilayah
sastra meliputi kondisi insani atau manusia yaitu kehidupan dengan segala
perasaan, pikiran, dan wawasannya. Hal tersebut sejalan dengan anak-anak yang
masih memiliki tingkat imajinasi yang tinggi. Saat ini banyak beredar tentang
sastra anak yang isinya diwarnai oleh pengalaman dan pemahaman anak-anak. Sastra
anak sekarang tidak hanya berkutat pada dongeng fabel saja, tetapi telah
mengenal berbagai macam sastra anak tentang kisah-kisah tradisionl, cerita
rakyat, mitos, legenda, fantasi, puisi, dan biografi.
Sastra
memberikan kesenangan, kegembiraan, kenikmatan, pendidikan kepada anak-anak. Nilai seperti itu akan
tercapai apabila sastra memperluas cakrawala anak-anak dengan cara menyajikan
pengalaman dan wawasan baru bagi anak. Menurut Davis (dalam Sarumpaet, 2009)
menyatakan bahwa, sastra anak merupakan sastra yang dibaca anak-anak dengan
bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedangkan
penulisannya bisa dilakukan anak sendiri ataupun oleh orang yang dewasa. Sastra
ini dikenal sejak nenek moyang kita, sastra akan berkembang sesuai jamannya.
Sastra anak dapat ditulis dan
dibuat oleh semua kalangan,
mulai dari anak-anak sampai orang
dewasa. Huck dkk (dalam Nurgiyantoro,
2010: 7)
mengemukakan bahwa isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan
emosional dan psikologi anak itulah yang antara lain merupakan karakteristik sastra anak. Sastra
anak juga merupakan wadah berkreasi untuk mengembangkan daya khayal dan daya
imajinasi secara emosi dan psikologi pada anak-anak.
Salah satu
karya sastra untuk anak-anak adalah puisi. Tarigan (2011:131) menyatakan bahwa
puisi untuk anak-anak berbicara pada anak-anak tetapi dalam bahasa puisi, dan
harus menarik bagi perasaan dan emosi mereka. Bahasa puisi untuk anak-anak
hendaknya bersifat puitik dan isinya haruslah
langsung menarik minat anak-anak. Untuk itu ruang lingkup puisi
anak-anak meliputi segala perasaan, segala pengalaman anak-anak.
Nasionalisme diyakini sebagai syarat mutlak untuk membentuk sebuah
negara yang mandiri. Itulah mengapa para founding
father kita selalu menekankan akan nasionalisme dan menolak segala bentuk
imperialisme, kolonialise, maupun yang ditakutkan oleh Bung Karno yaitu
neo-kolonialisme, yang disadari atau tidak saat ini tengah terjadi di pusaran
dan pergolakan politik, ekonomi, sosial dan keamanan negeri ini. Sebagai negara
yang tengah berdaulat, Indonesia sangat mengharapkan warga negaranya memiliki
sikap dan perilaku nasionalisme. Sebab jika tidak, negara ini, baik dalam sistem
politik dan ekonomi serta sektor lainnya akan mudah dipengaruhi atau disetir
oleh negara lain, yang menginginkan sumber daya alam Indonesia yang terkenal
kaya raya. Paham kebangsaan ini menjadi tolok ukur kemajuan dan kemandirian
bangsa Indonesia ke depannya. Perlu diketahui, problem ini bukan hanya dihadapi
oleh bangsa Indonesia, tapi juga seluruh bangsa, dan mereka meyakini bahwa
nasionalisme itu penting.
Cara lain untuk membangkitkan nasionalisme perlu dicetuskan. Solusi
alternatif dan segar perlu memperoleh peluang karena apa yang dilakukan selama
ini memang tidak terlalu berhasil. Salah satunya adalah dengan metode
kesastraan. Menurut Purnomo (2011) menyatakan bahwa di dini karya-karya sastra
digunakan sebagai pembangkit rasa nasionalisme. Mungkin stereotip yang banyak berkembang
adalah bahwa karya sastra hanya fiktif belaka, sifatnya hanya imajinatif.
Sehingga tidak layak untuk menjadi bahan ajar. Pendapat ini tidak sepenuhnya
salah. Selama ini sastra berjalan dalam dunianya sendiri karena dianggap beda,
tidak ilmiah sehingga tidak layak masuk dalam ranah ilmu pengetahuan. Namun
tentu kita juga harus melihat dari segi isi dan pesan yang disampaikan. Metode
kasastraan ini mengandalkan pembentukkan mental-mental kebangsaan melalui
peniruan terhadap sifat-sifat tokoh-tokoh yang ada di dalam karya tersebut,
maupun melalui penyerapan makna dari karya sastra tersebut. Kita tidak
bisa menutup mata bahwa karya sastra, baik novel maupun puisi, bisa
mempengaruhi pikiran dan sikap pembaca (warga negara).
Penanaman nasionalisme harus dilakukan sejak dini, sehingga sekolah yang
merupakan lembaga pendidikan yang membentuk karakter peserta didik sejak dini
harus menanamkan sikap ini. Metode kesastraan diharapkan diterapkan dalam
proses pembelajaran. Gaya bahasa yang mendalam yang ada dalam karya sastra yang
begitu mudah diresapi, diharapkan mampu member penyerapan lebih terhadap makna
yang ada dalam karya sastra tersebut. Karya sastra yang disampaikan tentunya
yang berbau kepahlawanan dan kebangsaan.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda), yang berarti
bangsa. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan
memiliki hasrat serta kemampuan untuk bersatu, karena adanya persamaan nasib,
cita-cita, dan tujuan. Rejai (dalam Murniah, 2010) menyatakan bahwa
nasionalisme adalah suatu kesadaran sebagai bangsa yang
disertai oleh hasrat untuk memelihara, melestarikan dan mengajukan identitas,
integritas, serta ketangguhan bangsa. Hal ini dapat dimaknai bahwa nasionalisme
adalah sikap atau perilaku yang diwujudkan atau diaktualisasikan dalam bentuk
tindakan untuk memelihara dan melestarikan identitas dan terus berjuang untuk
memajukan bangsa dan negara, dengan membasmi setiap kendala yang menghalangi di
jalan kemajuan.
Beberapa pendapat para ahli tentang nasionalisme dipaparkan
oleh Mukti (2011) seperti di bawah ini.
a. Hans Kohn (1986), menyatakan bahwa nasionalisme
adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tdrtinggi individu harus
diserahkan kepada negara kebangsaan.
b.
Slamet Mulyana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran
berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara.
c.
Sejarawan Indonesia, Sartono Kartodirdjo menjelaskan
nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawaban terhadap
kondisi-kondisi historis, politis, ekonomi, dan sosial tertentu. Nasionalisme
dalam taraf pembentukannya seperti masa-masa Pergerakan Nasional dihubungkan
dengan unsur-unsur subjektif. Unsur-unsur itu dapat dilihat dengan adanya
istilah-istilah: group
counsciousness, we-sentiment, corporate will dan bermacam-macam fakta mental
lainnya. Pada taraf ini nasionalisme belum memasukkan unsur-unsur objektif
seperti territorial (wilayah), negara, bahasa, dan tradisi bersama.
Rasa nasionalisme hendaknya diterapkan pada anak-anak sebagai
generasi penerus bangsa. Anak-anaklah yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin
bangsa ini, dengan penanaman rasa nasionalisme sejak dini negara akan menjadi
negara yang tetap bersatu. Alhakim (2011) memaparkan bahwa nasionalisme
Indonesia merupakan bentuk dari nilai
juang terhadap bangsa yang tercermin pada:
a.
sikap dan perilaku baik fisik
mau pun non-fisik yang dilandasi oleh rasa rela berkorban, semangat untuk maju,
kerja keras, tanpa pamrih, keberanian, belajar dengan rajin, keperkasaan yang
berkaitan dengan Indonesia,
b.
nilai juang yang mampu melandasi
sikap komitmen serta ketegaran untuk melakukan suatu demi tercapainya sebuah
cita-cita bersama, bangga menjadi bangsa Indonesia, meneruskan perjuangan para
pahlawan, memiliki rasa kesatuan di dalam wadah NKRI,
c.
nilai juang yang selalu
berkaitan dengan nilai kepahlawanan, antara lain: sikap kesetiakawanan sosial,
cinta tanah air, percaya kepada kemampuan diri sendiri, ulet dan tangguh.
2.2 Konsep Nasionalisme dalam Sastra
Purnomo (2011) menyatakan bahwa kesusastraan Indonesia memang
sering dibayangkan sebagai tangan-tangan tak terlihat dalam mendorong proses
pemersatuan daerah, mulai dari kampung-kampung dan suku-suku di Nusantara
sampai menjadi satu bentuk negara yang menggambarkan keindonesiaan. Sastra
ibarat sihir yang terus-menerus memberikan semangat magis bagi revolusi fisik.
Ada semacam kepercayaan bahwa revolusi pra-Indonesia tidak akan terwujud jika masih
diperjuangkan lewat konfrontasi bersenjata atau diplomasi internasional.
Kebutuhan terhadap legitimasi (pengesahan) geografi mutlak dilakukan melalui
kata-kata yang berpotensi sloganistik dan
memberikan pendapat secara intens bagi penduduk di Nusantara, yang
secara ideologis akan mengeraskan betapa pentingnya berkumpul dalam sebuah
rumah besar yang teduh bernama Indonesia. Puisi atau prosa (cerpen, novel, atau
drama) karya para sastrawan kita menunjukkan hal itu.
Widarmanto (2011) menyatakan bahwa unsur-unsur nasionalisme
yang terletak pada suatu karya sastra seperti pada puisi berfungsi untuk
memupuk, menumbuhkan, dan memperkokoh rasa cinta pada tanah air. Dengan
kegiatan bersastra, anak juga bisa belajar tentang nasionalisme. Sastra yang menyuarakan nasionalisme
bukan barang baru dalam khazanah kesusastraan dunia. Persoalan nasionalisme di
Indonesia merupakan lahan inspirasi yang subur bagi penciptaan karya sastra.
Bahkan, identitas kenasionalan karya sastra merupakan isu yang panas dalam
menentukan kelahiran sejarah sastra Indonesia. Itu berarti, nasionalisme bukan
saja hadir sebagai sumber inspirasi belaka namun sekaligus hadir sebagai
penanda eksistensi terhadap keindonesiaan sebuah karya sastra.
2.3 Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak
Pada
subbab ini akan dibahas tentang nilai-nilai nasionalisme yang terdapat pada
puisi anak. Puisi-puisi anak tersebut diambil dari antologi puisi anak SD yang
berjudul Bintang Masa Depan (Buku
Kumpulan Puisi Anak SD) Dinas Pendidikan Sleman karya Akhid Heru Prabawa.
2.3.1
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Semua Sama
Nilai
nasionalisme yang terdapat pada puisi anak yang berjudul Semua Sama dapat dilihat
pada pemaparan di bawah ini.
a.
Menjadikan perbedaan sebagai sebuah kesatuan
Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa di
Indonesia memiliki banyak perbedaan seperti yang dituliskan pada puisi yang
berjudul Semua Sama.
Ada hitam ada putih
Ada baik ada buruk
Keriting ada lurus juga ada
Tidak lupa congkak dan angkuh pun bercampur
Semua yang ada memang lah tak sama
Itulah bangsa Indonesia
seperti yang ada di negeri ini. Tetapi perbedaan-perbedaan itu tidak menjadi
sebuah alasan untuk terpecah belah. Dengan adanya slogan “bhineka tunggal ika”
perbedaan-perbedaan itu akan menjadi sebuah kesatuan dengan sebuah artian berbeda-beda
tetapi tetap satu jua. Hal ini tampak secara tersurat pada larik terakhir puisi
yang berjudul Semua Sama.
Dan berbhineka
pun kemudian menyimbolkan
Namun ada
tunggal dan ika dalam kebhinekaan
Yang amat luas
2.3.2
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Indonesiaku
Sikap yang
mencerminkan nilai nasionalisme dalam puisi anak Indonesiaku adalah
sebagai berikut.
a.
Bangga terhadap keindahan alam Indonesia
Sikap bangga terhadap keindahan alam
Indonesia merupakan salah satu wujud sikap yang mencerminkan nilai naionalisme
di Indonesia. Dengan membanggakan alam negeri sendiri akan membuat anak menjaga
keindahan alam sehingga keindahan alam itu tetap bisa dinikmati sampai kapan
pun. Larik yang menandakan sikap ini adalah pada larik pertama samapai keenam
dan diperkuat pada larik ke-7.
Angin berdesir di
pantai
Angin berdesir
sepoi-sepoi
Burung pun ikut
berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau
terbentang luas
Gunungnya tinggi
menjulang
Itulah Indonesiaku
Pilihan kata yang digunakan pada
larik pertama samapi keenam adalah wujud penggambaran alam Indonesia, bahwa
alam Indonesia itu indah. Pada larik ke-7 penguatan tentang kebanggaan terhadap
alam Indonesia dengan menggunakan pilihan kata “Itulah
Indonesiaku” mempertegas bahwa yang digambarkan pada larik sebelumnya adalah tentang
negeri Indonesia.
b.
Cinta tumpah darah Indonesia
Sikap cinta tanah air yang terwujud pada puisi Indonesiaku dapat dilihat dari larik ke-8 dan ke-9 dari puisi tersebut.
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata
Sikap cinta terhadap
tanah air salah satunya dapat wujudkan melalui menjalani hidup kita di negara
kita sendiri dengan membangun negara kita sendiri. Pada puisi Indonesiaku
wujud cinta tumpah darah Indonesia tercermin pada penggunaan kata “dilahirkan dan dibesarkan, akhir menutup
mata”.
2.3.3
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Kemerdekaan
Indonesia
Pada puisi
anak yang ketiga berjudul Kemerdekaan Indonesia mungkin sudah
nampak dari judulnya bahwa puisi anak ini akan membicarakan tentang kemerdekaan
Indonesia. Di mana kita sudah ketahui perjuangan untuk mencapai Indonesia
merdeka telah mewujudkan suatu sikap nasionalisme. Nilai-nilai nasionalisme
lainnya yang terdapat pada puisi anak Kemerdekaan Indonesia dapat dilihat
pada pembahasan di bawah ini.
a.
Mempertahankan dan menjaga kemerdekaan
negara Indonesia
Sikap nasionalisme yang dimunculkan dalam
puisi anak Kemerdekaan Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada baris keenam, ketujuh, dan kedelapan.
Pada baris tersebut dapat kita jumpai pemilihan kata “mahal harganya, diukur dengan harta, sekalipun segunung,
sepulau bahkan sebenua” dengan pemilihan kata tersebut ditekankan
bahwa kemerdekaan itu tidak bisa dibeli dengan apa pun, sehingga kita yang
telah diberi kemerdekaan beruhasa untuk tetap mempertahankan kemerdekaan.
Tujuan dari pilihan kata yang tertulis pada baris keenam, ketujuh, dan
kedelapan adalah untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan.
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
b.
Belajar tekun
Nilai nasionalisme berikutnya yang terdapat
pada puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai
bangsa yang baik hendaknya belajar dengan tekun sehingga kelak dapat membangun
negara dengan baik, dan menjadi generasi bangsa yang berprestasi, dan memajukan
negara, serta mengharumkan negara di kancah Internasional. Nilai ini jelas
terlihat secara tersurat pada larik kesepuluh. Kewajiban sebagai anak bangsa
untuk bisa membangun bangsa salah satunya dengan belajar teku.
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
c.
Membangun bangsa
Salah satu tugas sebagai generasi penerus
yang baik adalah dengan membangun bangsa menjadi bangsa yang baik, bermoral,
dan bangsa yang menghormati perjuangan pahlawan-pahlawan yang telah menciptakan
kemerdekaan bagi negara ini. Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme ini
tampak tersirat pada larik kesepuluh yang berbunyi seperti di bawah ini. Dengan
membangun bangsa akan menjadikan negara yang kaya raya.
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
d.
Kerja keras
Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme
berikutnya adalah bekerja keras. Secara tersirat sikap ini dapat kita temukan
pada baris yang berbunyi,
kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Sikap
yang tercermin pada penggalan puisi di atas menandakan bahwa kita harus bekerja
keras untuk membangun bangsa. Dengan bekerja keras keinginan menjadikan negara
ini menjadi negara yang kaya raya akan terwujud.
e.
Menghargai dan mengingat jasa pahlawan
Sikap berikutnya yang mencerminkan
nilai-nilai nasionalisme yang tertuan pada puisi yang berjudul Kemerdekaan
Indonesia adalah menghargai dan mengingat jasa pahlawan. Tidak bisa
dipungkiri bahwa negara kita merdeka karena perjuangan para pahlawan yang gigih
membela tanah air kita. Dengan menghargai jasa pahlawan kita nantinya akan
memupukkan rasa cinta tanah air dengan membangun bangsa ini dan menjadikan
negara ini menjadi lebih baik seperti yang dicita-citaka oleh para pahlawan
yang telah mendahului kita. Sikap ini perlu ditanamkan kepada anak-anak agar
kelak kalau ia dewasa menjadi peka terhadap kemajuan bangsa. Secara tersirat
sikap ini nampak pada inti dari puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia yang
ditandai dengan baris puisi yang berbunyi seperti di bawah ini.
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur
nyenyak di sisi-Nya
Dengan menghargai dan
mengingat jasa pahlawan kita akan terpacu untuk membuat negara ini menjadi
lebih baik dan menjadikan para pahlawan angga dengan apa yang dilakukan anak
dan cucu-cucunya.
2.3.4
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Manusia
Sabang dan Merauke
Nilai
nasionalisme yang terkandung dalam puisi anak yang berjudul Manusia
Sabang dan Merauke adalah menyatukan
perbedaan ke dalam satu kesatuan Indonesia. Di dalam puisi tersebut secara
tersurat berisi tentang perbedaan yang sangat mencolok dari bangsa Indonesia di
Sabang dan di Merauke.
Megah memang di sebelah
barat
namun lusuh
mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin di
sebelah barat
namun keriting
tapi di sebelah timur
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
pilihan kata “megah”
dan “lusuh” merupakan suatu dikotomi
yang sangat menonjol, apalagi dikuatkan dengan pemunculan kata “barat” dan “timur”. Jelas terlihat bahwa kata-kata yang muncul adalah
membedakan antara keadaan di barat dan keadaan di timur. Walaupun jelas sangat
berbeda antara keadaan di barat di timur seperti yang digambarkan pada larik
puisi di atas, perbedaan itu tetap menjadi sebuah kesatuan bangsa Indonesia.
Nilai nasionalisme ini sangat baik ditanamkan pada anak-anak karena dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme yang kokoh jika anak tersebut beranjak dewasa
agar tidak menimbulkan perpecahan. Tidak menjadikan perbedaan menjadi sebuah
perpecahan. Sikap nasionalisme merasa berbangsa satu tanah air Indonesia ini
tampak pada larik puisi Manusia Sabang dan Merauke pada larik
terakhir. Dari perbedaan yang digambarkan adalah Sabang merupakan Putih dan
Merauke adalah hitam tetapi karena merasa satu Indonesia putih dan hitam
tersebut digabung menjadi satu yaitu Indonesia.
Namun Indonesia
adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam
2.3.5
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Serdadu
Proklamasi
Nilai
nasionalisme yang tersimpan dalam puisi anak kelima yang berjudul Serdadu
Proklamasi menceritakan tentang perjuangan pahlawan dalam membela
kemerdekaan sampai dikumandangkan proklamasi di negeri tercinta ini.
Sikap-sikap yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dapt dilihat seperti
yang dibahas di bawah ini.
a.
Semangat berjuang
Semangat
berjuang para pahlawan terdahulu merupakan salah satu sikap yang mencerminkan
nasionalisme yang harus kita teladani sampai saat ini. Nilai nasionalisme
tersebut secara tersurat terkandung dalam puisi anak yang berjudul Serdadu
Proklamasi. Semangat berjuang itu dari dulu hingga sekarang perlu kita
tanamkan, hal ini dapat kita lihat pada pilihan kata “Puluhan tahun” yang berarti semangat berjuang itu sudh ada pada
puluhan tahun yang dulu dan semangat itu masih ada sampai sekarang yang dapat
dilihat pada pilihan kata “Semangatmu tertancap kuat hingga
sekarang”.
Puluhan tahun begitu
membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
b.
Rela berkorban
Nilai nasionalisme berikutnya yang
terkandung dalam puisi anak Serdadu Proklamasi adalah rela
berkorban. Sikap rela berkorban untuk kemerdekaan negara republik Indonesia hal
ini dapat dilihat dari larik kelima dan keenam, pada larik itu menceritakan
bahwa pahlawan proklamasi rela berkorban untuk kemerdekaan RI, jika mereka
tidak rela berkorban pasti sampai sekarang negara RI belum merdeka.
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
c.
Semangat nasionalisme
Semangat nasionalisme merupakan salah
satu nilai nasionalisme yang tampak pada puisi ini. Secara tersurat sikap yang
dimiliki pahlawan proklamasi adalah semangat nasinalisme hal ini tampak pada
pilihan kata “Kobaran nasionalismemu membawa bangsa ini hingga
merdeka”. Semangat nasionalisme dari pahlawan dapat mengajarkan
kepada anak-anak untuk tetap memiliki sikap tersebut. Pahlawan proklamasi
memiliki sikap semangat dalam mengobarkan nasionalisme sehingga membuat negara
merdeka.
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
2.3.6
Nilai
Nasionalisme dalam Puisi Anak Majulah
Terus Siswa Indonesia
a.
Percaya diri
Sikap nasionalisme yang ada dalam puisi anak
Majulah
Terus Siswa Indonesia adalah percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari
baris puisi yang berbunyi “kuasailah
dirimu dengan sikap optimis” baris ini
secara langsung menyuruh untuk bersikap percaya diri.
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
b.
Pantang menyerah
Sikap yang perlu diteladani dari puisi
anak Majulah Terus Siswa Indonesia selanjutnya
adalah pantang menyerah. Hal ini terbukti dari baris di bawah ini yang berbunyi
Paculah laju kudamu
sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang
mengusik di jalanan.
Baris puisi di atas mengisyaratkan bahwa
sebagai generasi penerus bangsa yang mencerminkan nilai nasionalisme adalah
pantang menyerah.
c.
Kerja keras
Sebagai
generasi penerus bangsa yang mencerminkan sikap nasionalisme salah satunya
adalah memiliki sikap kerja keras. Dengan sikap kerja keras yang ditumbuhkan
sejak anak-anak, kelak dengan sikap kerja keras itu akan membangun negara
Indonesia ke arah yang lebih baik. Pada baris kelima puisi yang berjudul Majulah Terus Siswa Indonesia menandakan bahwa generasi muda atau siswa
Indonesia harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita dan melawan halangan
yang menghadang.
Bangkitlah melawan arus yang terus
mendera
III.
PENUTUP
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa puisi anak mengandung nilai nasionalisme yang perlu diteladani. Dari hasil pembahasan menunjukkan bahwa dari keenam
puisi anak terdapat nilai-nilai nasionalisme yang
bisa diteladani yang terdiri dari: menjadikan
perbedaan sebagai sebuah kesatuan, bangga terhadap keindahan alam Indonesia, cinta tumpah darah Indonesia,
mempertahankan
dan menjaga kemerdekaan negara Indonesia, belajar tekun, membangun bangsa,
kerja keras, menghargai dan mengingat jasa pahlawan, menyatukan perbedaan ke
dalam satu kesatuan, percaya diri, dan
pantang menyerah.
DAFTAR RUJUKAN
Alhakim,
Suparlan. 2010. Nasionalisme Indonesia
(Hand Out Perkuliahan). Hand Out tidak diterbitkan. Malang: FIS
Universitas Negeri Malang.
Mukti,
Dadot. 2010. Pengertian Nasionalisme.
(Online), (http://bangsaku-indonesiaku.blogspot.com/2008/10/pengertian-nasionalisme.html, diakses
28 Maret 2012)
Murniah,
Dad. 2010. Nasionalisme dalam Sastra
Indonesia. (Online), (http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/lamanv42/?q=detail_artikel/1319, diakses
28 Maret 2012)
Nurgiyantoro,
Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar
Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarya: UGM Press.
Purnomo,
Adi. 2011. Nasionalisme dalam Sastra (Online), (http://gmni.ft.ugm.tripod.com/nasionalisme.html, diakses
28 Maret 2012)
Prabawa,
Akhid Heru. 2008. Bintang Masa Depan (Buku
Kumpulan Puisi Anak SD) Dinas Pendidikan Sleman (Online), (http://ahewa.wordpress.com/2008/12/16/puisi-anak-sd/, diakses
22 Maret 2012)
Sarumpaet.
2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tarigan,
Henry Guntur. 2011. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung:
Angkasa.
Widarmanto,
Tjahyono. 2011. Sastra dan Ideologi
Nasionalisme (Online), (http://sastra-indonesia.com/2011/11/sastra-dan-ideologi-nasionalisme/, diakses
28 Maret 2012)
LAMPIRAN PUISI ANAK
Semua
Sama
Ada
hitam ada putih
Ada
baik ada buruk
Keriting
ada lurus juga ada
Tidak
lupa congkak dan angkuh pun bercampur
Semua
yang ada memang lah tak sama
Dan
berbhineka pun kemudian menyimbolkan
Namun
ada tunnggal dan ika dalam kebnhinekaan
Yang
amat luas
Indonesiaku
Angin berdesir di
pantai
Angin berdesir
sepoi-sepoi
Burung pun ikut
berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau
terbentang luas
Gunungnya tinggi
menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku
dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir
menutup mata
Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah
merdeka
Kemerdekaan yang mahal
harganya
yang tak dapat diukur dengan
harta
sekalipun segunung, sepulau
bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai
anak bangsa
Belajar tekun untuk
membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara
yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur
dahulu
dapat tertawa lega melihat
anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak
di sisi-Nya
Manusia Sabang dan Merauke
Ketika menunjuk ujung barat Indonesia
Ketika menunjuk ujung timur Indonesia
Mata ini tak lepas lepasnya membelalak
mengikuti putaran irama yang sedang membiak
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin disebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Apa mau dikata dan siapa mau menyangka
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam
Serdadu
Proklamasi
Terngiang – ngiang sudah
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
Tidak pernah terpikirkan
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu
menorehkan barisan berapi – api
Perjuangan itu menjalar hingga sekarang
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
Oh, serdadu proklamasi
maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu
tersendat bagaikan kereta yang macet
Majulah Terus Siswa Indonesia
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan
Langganan:
Postingan (Atom)