Jumat, 12 Oktober 2012

SASTRA ANAK: NILAI NASIONALISME DALAM PUISI ANAK


NILAI NASIONALISME DALAM PUISI ANAK

I.              PENDAHULUAN
Sastra merupakan pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif ke dalam bentuk dan struktur bahasa. Sastra merupakan gambaran kehidupan yang bersifat universal. Wilayah sastra meliputi kondisi insani atau manusia yaitu kehidupan dengan segala perasaan, pikiran, dan wawasannya. Hal tersebut sejalan dengan anak-anak yang masih memiliki tingkat imajinasi yang tinggi. Saat ini banyak beredar tentang sastra anak yang isinya diwarnai oleh pengalaman dan pemahaman anak-anak. Sastra anak sekarang tidak hanya berkutat pada dongeng fabel saja, tetapi telah mengenal berbagai macam sastra anak tentang kisah-kisah tradisionl, cerita rakyat, mitos, legenda, fantasi, puisi, dan biografi.
Sastra memberikan kesenangan, kegembiraan, kenikmatan, pendidikan  kepada anak-anak. Nilai seperti itu akan tercapai apabila sastra memperluas cakrawala anak-anak dengan cara menyajikan pengalaman dan wawasan baru bagi anak. Menurut Davis (dalam Sarumpaet, 2009) menyatakan bahwa, sastra anak merupakan sastra yang dibaca anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedangkan penulisannya bisa dilakukan anak sendiri ataupun oleh orang yang dewasa. Sastra ini dikenal sejak nenek moyang kita, sastra akan berkembang sesuai jamannya. Sastra anak dapat ditulis dan dibuat oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Huck dkk (dalam Nurgiyantoro, 2010: 7) mengemukakan bahwa isi kandungan yang terbatas sesuai dengan jangkauan emosional dan psikologi anak itulah yang antara lain  merupakan karakteristik sastra anak. Sastra anak juga merupakan wadah berkreasi untuk mengembangkan daya khayal dan daya imajinasi secara emosi dan psikologi pada anak-anak.
Salah satu karya sastra untuk anak-anak adalah puisi. Tarigan (2011:131) menyatakan bahwa puisi untuk anak-anak berbicara pada anak-anak tetapi dalam bahasa puisi, dan harus menarik bagi perasaan dan emosi mereka. Bahasa puisi untuk anak-anak hendaknya bersifat puitik dan isinya haruslah  langsung menarik minat anak-anak. Untuk itu ruang lingkup puisi anak-anak meliputi segala perasaan, segala pengalaman anak-anak.
Nasionalisme diyakini sebagai syarat mutlak untuk membentuk sebuah negara yang mandiri. Itulah mengapa para founding father kita selalu menekankan akan nasionalisme dan menolak segala bentuk imperialisme, kolonialise, maupun yang ditakutkan oleh Bung Karno yaitu neo-kolonialisme, yang disadari atau tidak saat ini tengah terjadi di pusaran dan pergolakan politik, ekonomi, sosial dan keamanan negeri ini. Sebagai negara yang tengah berdaulat, Indonesia sangat mengharapkan warga negaranya memiliki sikap dan perilaku nasionalisme. Sebab jika tidak, negara ini, baik dalam sistem politik dan ekonomi serta sektor lainnya akan mudah dipengaruhi atau disetir oleh negara lain, yang menginginkan sumber daya alam Indonesia yang terkenal kaya raya. Paham kebangsaan ini menjadi tolok ukur kemajuan dan kemandirian bangsa Indonesia ke depannya. Perlu diketahui, problem ini bukan hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia, tapi juga seluruh bangsa, dan mereka meyakini bahwa nasionalisme itu penting.
Cara lain untuk membangkitkan nasionalisme perlu dicetuskan. Solusi alternatif dan segar perlu memperoleh peluang karena apa yang dilakukan selama ini memang tidak terlalu berhasil. Salah satunya adalah dengan metode kesastraan. Menurut Purnomo (2011) menyatakan bahwa di dini karya-karya sastra digunakan sebagai pembangkit rasa nasionalisme. Mungkin stereotip yang banyak berkembang adalah bahwa karya sastra hanya fiktif belaka, sifatnya hanya imajinatif. Sehingga tidak layak untuk menjadi bahan ajar. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah. Selama ini sastra berjalan dalam dunianya sendiri karena dianggap beda, tidak ilmiah sehingga tidak layak masuk dalam ranah ilmu pengetahuan. Namun tentu kita juga harus melihat dari segi isi dan pesan yang disampaikan. Metode kasastraan ini mengandalkan pembentukkan mental-mental kebangsaan melalui peniruan terhadap sifat-sifat tokoh-tokoh yang ada di dalam karya tersebut, maupun melalui penyerapan  makna dari karya sastra tersebut. Kita tidak bisa menutup mata bahwa karya sastra, baik novel maupun puisi, bisa mempengaruhi pikiran dan sikap pembaca (warga negara).
Penanaman nasionalisme harus dilakukan sejak dini, sehingga sekolah yang merupakan lembaga pendidikan yang membentuk karakter peserta didik sejak dini harus menanamkan sikap ini. Metode kesastraan diharapkan diterapkan dalam proses pembelajaran. Gaya bahasa yang mendalam yang ada dalam karya sastra yang begitu mudah diresapi, diharapkan mampu member penyerapan lebih terhadap makna yang ada dalam karya sastra tersebut. Karya sastra yang disampaikan tentunya yang berbau kepahlawanan dan kebangsaan.


II.           PEMBAHASAN
2.1  Konsep Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan natie (Belanda), yang berarti bangsa. Bangsa adalah sekelompok masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki hasrat serta kemampuan untuk bersatu, karena adanya persamaan nasib, cita-cita, dan tujuan. Rejai (dalam Murniah, 2010) menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu kesadaran sebagai bangsa yang disertai oleh hasrat untuk memelihara, melestarikan dan mengajukan identitas, integritas, serta ketangguhan bangsa. Hal ini dapat dimaknai bahwa nasionalisme adalah sikap atau perilaku yang diwujudkan atau diaktualisasikan dalam bentuk tindakan untuk memelihara dan melestarikan identitas dan terus berjuang untuk memajukan bangsa dan negara, dengan membasmi setiap kendala yang menghalangi di jalan kemajuan.
Beberapa pendapat para ahli tentang nasionalisme dipaparkan oleh Mukti (2011) seperti di bawah ini.
a.    Hans Kohn (1986), menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tdrtinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. 
b.    Slamet Mulyana (1986) menyatakan bahwa nasionalisme adalah manifestasi kesadaran berbangsa dan bernegara atau semangat bernegara.
c.    Sejarawan Indonesia, Sartono Kartodirdjo menjelaskan nasionalisme sebagai fenomena historis timbul sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi historis, politis, ekonomi, dan sosial tertentu. Nasionalisme dalam taraf pembentukannya seperti masa-masa Pergerakan Nasional dihubungkan dengan unsur-unsur subjektif. Unsur-unsur itu dapat dilihat dengan adanya istilah-istilah: group counsciousness, we-sentiment, corporate will dan bermacam-macam fakta mental lainnya. Pada taraf ini nasionalisme belum memasukkan unsur-unsur objektif seperti territorial (wilayah), negara, bahasa, dan tradisi bersama.
Rasa nasionalisme hendaknya diterapkan pada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Anak-anaklah yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa ini, dengan penanaman rasa nasionalisme sejak dini negara akan menjadi negara yang tetap bersatu. Alhakim (2011) memaparkan bahwa nasionalisme Indonesia  merupakan bentuk dari nilai juang terhadap bangsa yang tercermin pada:
a.    sikap dan perilaku baik fisik mau pun non-fisik yang dilandasi oleh rasa rela berkorban, semangat untuk maju, kerja keras, tanpa pamrih, keberanian, belajar dengan rajin, keperkasaan yang berkaitan dengan Indonesia,
b.    nilai juang yang mampu melandasi sikap komitmen serta ketegaran untuk melakukan suatu demi tercapainya sebuah cita-cita bersama, bangga menjadi bangsa Indonesia, meneruskan perjuangan para pahlawan, memiliki rasa kesatuan di dalam wadah NKRI,
c.    nilai juang yang selalu berkaitan dengan nilai kepahlawanan, antara lain: sikap kesetiakawanan sosial, cinta tanah air, percaya kepada kemampuan diri sendiri, ulet dan tangguh.

2.2  Konsep Nasionalisme dalam Sastra
Purnomo (2011) menyatakan bahwa kesusastraan Indonesia memang sering dibayangkan sebagai tangan-tangan tak terlihat dalam mendorong proses pemersatuan daerah, mulai dari kampung-kampung dan suku-suku di Nusantara sampai menjadi satu bentuk negara yang menggambarkan keindonesiaan. Sastra ibarat sihir yang terus-menerus memberikan semangat magis bagi revolusi fisik. Ada semacam kepercayaan bahwa revolusi pra-Indonesia tidak akan terwujud jika masih diperjuangkan lewat konfrontasi bersenjata atau diplomasi internasional. Kebutuhan terhadap legitimasi (pengesahan) geografi mutlak dilakukan melalui kata-kata yang berpotensi sloganistik dan  memberikan pendapat secara intens bagi penduduk di Nusantara, yang secara ideologis akan mengeraskan betapa pentingnya berkumpul dalam sebuah rumah besar yang teduh bernama Indonesia. Puisi atau prosa (cerpen, novel, atau drama) karya para sastrawan kita menunjukkan hal itu.
Widarmanto (2011) menyatakan bahwa unsur-unsur nasionalisme yang terletak pada suatu karya sastra seperti pada puisi berfungsi untuk memupuk, menumbuhkan, dan memperkokoh rasa cinta pada tanah air. Dengan kegiatan bersastra, anak juga bisa belajar tentang nasionalisme. Sastra yang menyuarakan nasionalisme bukan barang baru dalam khazanah kesusastraan dunia. Persoalan nasionalisme di Indonesia merupakan lahan inspirasi yang subur bagi penciptaan karya sastra. Bahkan, identitas kenasionalan karya sastra merupakan isu yang panas dalam menentukan kelahiran sejarah sastra Indonesia. Itu berarti, nasionalisme bukan saja hadir sebagai sumber inspirasi belaka namun sekaligus hadir sebagai penanda eksistensi terhadap keindonesiaan sebuah karya sastra.

2.3  Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak
Pada subbab ini akan dibahas tentang nilai-nilai nasionalisme yang terdapat pada puisi anak. Puisi-puisi anak tersebut diambil dari antologi puisi anak SD yang berjudul Bintang Masa Depan (Buku Kumpulan Puisi Anak SD) Dinas Pendidikan Sleman  karya Akhid Heru Prabawa.
2.3.1        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Semua Sama
Nilai nasionalisme yang terdapat pada puisi anak yang berjudul Semua Sama dapat dilihat pada pemaparan di bawah ini.
a.       Menjadikan perbedaan sebagai sebuah kesatuan
Seperti yang kita ketahui bahwa bangsa di Indonesia memiliki banyak perbedaan seperti yang dituliskan pada puisi yang berjudul Semua Sama.
Ada hitam ada putih
Ada baik ada buruk
Keriting ada lurus juga ada
Tidak lupa congkak dan angkuh pun bercampur
Semua yang ada memang lah tak sama
Itulah bangsa Indonesia seperti yang ada di negeri ini. Tetapi perbedaan-perbedaan itu tidak menjadi sebuah alasan untuk terpecah belah. Dengan adanya slogan “bhineka tunggal ika” perbedaan-perbedaan itu akan menjadi sebuah kesatuan dengan sebuah artian berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Hal ini tampak secara tersurat pada larik terakhir puisi yang berjudul Semua Sama.
Dan berbhineka pun kemudian menyimbolkan
Namun ada tunggal dan ika dalam kebhinekaan
Yang amat luas

2.3.2        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Indonesiaku
Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme dalam puisi anak Indonesiaku adalah sebagai berikut.
a.       Bangga terhadap keindahan alam Indonesia
Sikap bangga terhadap keindahan alam Indonesia merupakan salah satu wujud sikap yang mencerminkan nilai naionalisme di Indonesia. Dengan membanggakan alam negeri sendiri akan membuat anak menjaga keindahan alam sehingga keindahan alam itu tetap bisa dinikmati sampai kapan pun. Larik yang menandakan sikap ini adalah pada larik pertama samapai keenam dan diperkuat pada larik ke-7.
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Pilihan kata yang digunakan pada larik pertama samapi keenam adalah wujud penggambaran alam Indonesia, bahwa alam Indonesia itu indah. Pada larik ke-7 penguatan tentang kebanggaan terhadap alam Indonesia dengan menggunakan pilihan kata “Itulah Indonesiaku” mempertegas bahwa yang digambarkan pada larik sebelumnya adalah tentang negeri Indonesia.

b.      Cinta tumpah darah Indonesia
Sikap cinta tanah air yang terwujud pada puisi Indonesiaku dapat dilihat dari larik ke-8 dan ke-9 dari puisi tersebut.
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata
Sikap cinta terhadap tanah air salah satunya dapat wujudkan melalui menjalani hidup kita di negara kita sendiri dengan membangun negara kita sendiri. Pada puisi Indonesiaku wujud cinta tumpah darah Indonesia tercermin pada penggunaan kata “dilahirkan dan dibesarkan, akhir menutup mata”.

2.3.3        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Kemerdekaan Indonesia
Pada puisi anak yang ketiga berjudul Kemerdekaan Indonesia mungkin sudah nampak dari judulnya bahwa puisi anak ini akan membicarakan tentang kemerdekaan Indonesia. Di mana kita sudah ketahui perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka telah mewujudkan suatu sikap nasionalisme. Nilai-nilai nasionalisme lainnya yang terdapat pada puisi anak Kemerdekaan Indonesia dapat dilihat pada pembahasan di bawah ini.
a.       Mempertahankan dan menjaga kemerdekaan negara Indonesia
Sikap nasionalisme yang dimunculkan dalam puisi anak Kemerdekaan Indonesia adalah mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada baris keenam, ketujuh, dan kedelapan. Pada baris tersebut dapat kita jumpai pemilihan kata “mahal harganya, diukur dengan harta, sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua” dengan pemilihan kata tersebut ditekankan bahwa kemerdekaan itu tidak bisa dibeli dengan apa pun, sehingga kita yang telah diberi kemerdekaan beruhasa untuk tetap mempertahankan kemerdekaan. Tujuan dari pilihan kata yang tertulis pada baris keenam, ketujuh, dan kedelapan adalah untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan.
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua



b.      Belajar tekun
Nilai nasionalisme berikutnya yang terdapat pada puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai bangsa yang baik hendaknya belajar dengan tekun sehingga kelak dapat membangun negara dengan baik, dan menjadi generasi bangsa yang berprestasi, dan memajukan negara, serta mengharumkan negara di kancah Internasional. Nilai ini jelas terlihat secara tersurat pada larik kesepuluh. Kewajiban sebagai anak bangsa untuk bisa membangun bangsa salah satunya dengan belajar teku.
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa

c.       Membangun bangsa
Salah satu tugas sebagai generasi penerus yang baik adalah dengan membangun bangsa menjadi bangsa yang baik, bermoral, dan bangsa yang menghormati perjuangan pahlawan-pahlawan yang telah menciptakan kemerdekaan bagi negara ini. Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme ini tampak tersirat pada larik kesepuluh yang berbunyi seperti di bawah ini. Dengan membangun bangsa akan menjadikan negara yang kaya raya.
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….

d.      Kerja keras
Sikap yang mencerminkan nilai nasionalisme berikutnya adalah bekerja keras. Secara tersirat sikap ini dapat kita temukan pada baris yang berbunyi,
kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Sikap yang tercermin pada penggalan puisi di atas menandakan bahwa kita harus bekerja keras untuk membangun bangsa. Dengan bekerja keras keinginan menjadikan negara ini menjadi negara yang kaya raya akan terwujud.
e.       Menghargai dan mengingat jasa pahlawan
Sikap berikutnya yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme yang tertuan pada puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia adalah menghargai dan mengingat jasa pahlawan. Tidak bisa dipungkiri bahwa negara kita merdeka karena perjuangan para pahlawan yang gigih membela tanah air kita. Dengan menghargai jasa pahlawan kita nantinya akan memupukkan rasa cinta tanah air dengan membangun bangsa ini dan menjadikan negara ini menjadi lebih baik seperti yang dicita-citaka oleh para pahlawan yang telah mendahului kita. Sikap ini perlu ditanamkan kepada anak-anak agar kelak kalau ia dewasa menjadi peka terhadap kemajuan bangsa. Secara tersirat sikap ini nampak pada inti dari puisi yang berjudul Kemerdekaan Indonesia yang ditandai dengan baris puisi yang berbunyi seperti di bawah ini.
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
Dengan menghargai dan mengingat jasa pahlawan kita akan terpacu untuk membuat negara ini menjadi lebih baik dan menjadikan para pahlawan angga dengan apa yang dilakukan anak dan cucu-cucunya.

2.3.4        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Manusia Sabang dan Merauke
Nilai nasionalisme yang terkandung dalam puisi anak yang berjudul Manusia Sabang dan Merauke adalah menyatukan perbedaan ke dalam satu kesatuan Indonesia. Di dalam puisi tersebut secara tersurat berisi tentang perbedaan yang sangat mencolok dari bangsa Indonesia di Sabang dan di Merauke.
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin di sebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam

pilihan kata “megah” dan “lusuh” merupakan suatu dikotomi yang sangat menonjol, apalagi dikuatkan dengan pemunculan kata “barat” dan “timur”. Jelas terlihat bahwa kata-kata yang muncul adalah membedakan antara keadaan di barat dan keadaan di timur. Walaupun jelas sangat berbeda antara keadaan di barat di timur seperti yang digambarkan pada larik puisi di atas, perbedaan itu tetap menjadi sebuah kesatuan bangsa Indonesia. Nilai nasionalisme ini sangat baik ditanamkan pada anak-anak karena dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang kokoh jika anak tersebut beranjak dewasa agar tidak menimbulkan perpecahan. Tidak menjadikan perbedaan menjadi sebuah perpecahan. Sikap nasionalisme merasa berbangsa satu tanah air Indonesia ini tampak pada larik puisi Manusia Sabang dan Merauke pada larik terakhir. Dari perbedaan yang digambarkan adalah Sabang merupakan Putih dan Merauke adalah hitam tetapi karena merasa satu Indonesia putih dan hitam tersebut digabung menjadi satu yaitu Indonesia.
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam

2.3.5        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Serdadu Proklamasi
Nilai nasionalisme yang tersimpan dalam puisi anak kelima yang berjudul Serdadu Proklamasi menceritakan tentang perjuangan pahlawan dalam membela kemerdekaan sampai dikumandangkan proklamasi di negeri tercinta ini. Sikap-sikap yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dapt dilihat seperti yang dibahas di bawah ini.
a.       Semangat berjuang
Semangat berjuang para pahlawan terdahulu merupakan salah satu sikap yang mencerminkan nasionalisme yang harus kita teladani sampai saat ini. Nilai nasionalisme tersebut secara tersurat terkandung dalam puisi anak yang berjudul Serdadu Proklamasi. Semangat berjuang itu dari dulu hingga sekarang perlu kita tanamkan, hal ini dapat kita lihat pada pilihan kata “Puluhan tahun” yang berarti semangat berjuang itu sudh ada pada puluhan tahun yang dulu dan semangat itu masih ada sampai sekarang yang dapat dilihat pada pilihan kata “Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang”.
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang

b.      Rela berkorban
Nilai nasionalisme berikutnya yang terkandung dalam puisi anak Serdadu Proklamasi adalah rela berkorban. Sikap rela berkorban untuk kemerdekaan negara republik Indonesia hal ini dapat dilihat dari larik kelima dan keenam, pada larik itu menceritakan bahwa pahlawan proklamasi rela berkorban untuk kemerdekaan RI, jika mereka tidak rela berkorban pasti sampai sekarang negara RI belum merdeka.
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema

c.       Semangat nasionalisme
Semangat nasionalisme merupakan salah satu nilai nasionalisme yang tampak pada puisi ini. Secara tersurat sikap yang dimiliki pahlawan proklamasi adalah semangat nasinalisme hal ini tampak pada pilihan kata “Kobaran nasionalismemu membawa bangsa ini hingga merdeka”. Semangat nasionalisme dari pahlawan dapat mengajarkan kepada anak-anak untuk tetap memiliki sikap tersebut. Pahlawan proklamasi memiliki sikap semangat dalam mengobarkan nasionalisme sehingga membuat negara merdeka.
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka

2.3.6        Nilai Nasionalisme dalam Puisi Anak Majulah Terus Siswa Indonesia
a.       Percaya diri
Sikap nasionalisme yang ada dalam puisi anak Majulah Terus Siswa Indonesia adalah percaya diri. Hal ini dapat dilihat dari baris puisi yang berbunyi “kuasailah dirimu dengan sikap optimis” baris ini secara langsung menyuruh untuk bersikap percaya diri.
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis




b.      Pantang menyerah
Sikap yang perlu diteladani dari puisi anak  Majulah Terus Siswa Indonesia selanjutnya adalah pantang menyerah. Hal ini terbukti dari baris di bawah ini yang berbunyi
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan.
Baris puisi di atas mengisyaratkan bahwa sebagai generasi penerus bangsa yang mencerminkan nilai nasionalisme adalah pantang menyerah.

c.       Kerja keras
Sebagai generasi penerus bangsa yang mencerminkan sikap nasionalisme salah satunya adalah memiliki sikap kerja keras. Dengan sikap kerja keras yang ditumbuhkan sejak anak-anak, kelak dengan sikap kerja keras itu akan membangun negara Indonesia ke arah yang lebih baik. Pada baris kelima puisi yang berjudul Majulah Terus Siswa Indonesia menandakan bahwa generasi muda atau siswa Indonesia harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita dan melawan halangan yang menghadang.
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera


III.        PENUTUP
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa puisi anak mengandung nilai nasionalisme yang perlu diteladani. Dari hasil pembahasan menunjukkan bahwa dari keenam puisi anak terdapat nilai-nilai nasionalisme yang bisa diteladani yang terdiri dari: menjadikan perbedaan sebagai sebuah kesatuan, bangga terhadap keindahan alam Indonesia, cinta tumpah darah Indonesia, mempertahankan dan menjaga kemerdekaan negara Indonesia, belajar tekun, membangun bangsa, kerja keras, menghargai dan mengingat jasa pahlawan, menyatukan perbedaan ke dalam satu kesatuan, percaya diri, dan pantang menyerah.




DAFTAR RUJUKAN

Alhakim, Suparlan. 2010. Nasionalisme Indonesia (Hand Out Perkuliahan). Hand Out tidak diterbitkan. Malang: FIS Universitas Negeri Malang.
Mukti, Dadot. 2010. Pengertian Nasionalisme. (Online), (http://bangsaku-indonesiaku.blogspot.com/2008/10/pengertian-nasionalisme.html, diakses 28 Maret 2012)
Murniah, Dad. 2010. Nasionalisme dalam Sastra Indonesia. (Online), (http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/lamanv42/?q=detail_artikel/1319, diakses 28 Maret 2012)
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarya: UGM Press.
Purnomo, Adi. 2011. Nasionalisme dalam Sastra  (Online), (http://gmni.ft.ugm.tripod.com/nasionalisme.html, diakses 28 Maret 2012)
Prabawa, Akhid Heru. 2008. Bintang Masa Depan (Buku Kumpulan Puisi Anak SD) Dinas Pendidikan Sleman  (Online), (http://ahewa.wordpress.com/2008/12/16/puisi-anak-sd/, diakses 22 Maret 2012)
Sarumpaet. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Widarmanto, Tjahyono. 2011. Sastra dan Ideologi Nasionalisme  (Online), (http://sastra-indonesia.com/2011/11/sastra-dan-ideologi-nasionalisme/, diakses 28 Maret 2012)

LAMPIRAN PUISI ANAK

Semua Sama
Ada hitam ada putih
Ada baik ada buruk
Keriting ada lurus juga ada
Tidak lupa congkak dan angkuh pun bercampur
Semua yang ada memang lah tak sama
Dan berbhineka pun kemudian menyimbolkan
Namun ada tunnggal dan ika dalam kebnhinekaan
Yang amat luas

Indonesiaku
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata

Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya

Manusia Sabang dan Merauke
Ketika menunjuk ujung barat Indonesia
Ketika menunjuk ujung timur Indonesia
Mata ini tak lepas lepasnya membelalak
mengikuti putaran irama yang sedang membiak
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin disebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Apa mau dikata dan siapa mau menyangka
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam


Serdadu Proklamasi
Terngiang – ngiang sudah
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
Tidak pernah terpikirkan
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu
menorehkan barisan berapi – api
Perjuangan itu menjalar hingga sekarang
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
Oh, serdadu proklamasi
maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu
tersendat bagaikan kereta yang macet

Majulah Terus Siswa Indonesia
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar