Senin, 26 Desember 2011

SEKILAS DESKRIPTIF KUANTITATIF

ANALISIS DESKRIPTIF

A.      PENGERTIAN
Analisis pendahuluan bertujuan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel pada sampel penelitian melalui analisis statistika deskriptif. Dari hasil analisis ini pula dapat dipastikan alat analisis yang akan dipakai pada analisis uji hipotesis nanti. Pada statistik deskriptif ini, akan dikemukakan cara-cara penyajian data dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi; grafik garis mau pun batang; diagram lingkaran; pictogram; penjelasan kelompok melalui modus, median, mean, dan variasi kelompok melaui rentang dan simpangan baku.

B.     PENYAJIAN DATA
Setiap peneliti harus dapat menyajikan data yang telah diperoleh, baik yang diperoleh melalui observasi, wawancara, kuesioner (angket), mau pun dokumentasi. Prinsip dasar penyajian data adalah komunikatif dan lengkap, dalam arti data yang disajikan dapat menarik perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah memahami isinya. Penyajian data yang komunikatif dapat dilakukan dengan penyajian data dibuat berwarna dan bila data yang disajikan cukup banyak maka perlu bervariasi dalam penyajiannya (tidak hanya dengan tabel saja).
Penyajian data dengan pictogram (yang dapat menggambarkan realitas yang sebenarnya) merupakan penyajian data yang paling komunikatif, tetapi sulit membuatnya dan mahal. Setelah ada peralatan komputer, pembuatan pictogram dan berbagai model penyajian data menjadi mudah.
Beberapa cara penyajian data yang akan dikemukakan di sini adalah: penyajian dengan tabel, grafik, diagram lingkaran, dan pictogram.

1.      TABEL
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel merupakan penyajian yang banyak digunakan, karena lebih efisien dan cukup komunikatif. Terdapat dua macam tabel, yaitu tabel biasa dan tabel distribusi frekuensi. Setiap tabel berisi judul tabel, judul setiap kolom, nilai data dalam setiap kolom, dan sumber data darimana data tersebut diperoleh. Contoh-cotoh penyajian data dengan tabel adalah berikut ini.
a.      Contoh Data Tabel Nominal
Misalnya telah dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui komposisi pendidikan pegawai di Departemen Pendidikan kabupaten Tulungagung diperoleh keadaan sebagai berikut:
1.      Di bagian keuangan: jumlah pegawai yang lulus S2=25 orang, S1=30 orang, SMA=15 orang, dan SMK=15 orang.
2.      Di bagian umum: jumlah pegawai yang lulus S2=5 orang, S1=10 orang, SMA=20 orang, dan SMK=5 orang.
3.      Di bagian pengembangan pendidikan: : jumlah pegawai yang lulus S3= 10 orang, S2=7 orang, S1=25 orang, SMA=3 orang, dan SMK=7 orang.
Berdasarkan data mentah tersebut, maka dapat disusun ke dalam tabel seperti di bawah ini.
Tabel 1
KOMPOSISI PENDIDIKAN PEGAWAI DEPARTEMEN PENDIDIKAN KABUPATEN TULUNGAGUNG
No
Bagian
Tingkat Pendidikan
Jumlah
S3
S2
S1
SMA
SMK

1
Keuangan


25
30
15
15
85
2
Umum


5
10
20
5
40
3
Pengembangan pendidikan
10
7
25
3
7
52
Jumlah
10
37
65
38
27
177
 a.      Contoh Data Tabel Ordinal
Data ordinal ditunjukkan pada data yang berbentu peringkat/rangking.




Tabel 2
PERINGKAT KEBERHASILAN BELAJAR MENULIS PUISI SISWA KELAS VIIB SMPN I MALANG
No
Nama
Nilai
Peringkat keberhasilan
1
2
3
4
5
ARIYANTI DEWI
ARIF  PUJI SANTOSO
KUMALA SARI
FEBRINO
JULIANA
85
80
75
73
70
1
2
3
4
5
RATA-RATA NILAI :                                     77

b.      Contoh Data Tabel Interval
Contoh sajian tabel interval dari data terhadap tingkat kepuasan fasilitas di salah satu kampus di kota Malang. Instrumen yang digunakan dengan menggunakan interval 1-4, dimana skor 1 berarti tidak puas, 2 puas, 3 sangat puas dari 1000 responden.
Tabel 3
TINGKAT KEPUASAN FASILITAS
NO
Aspek Kepuasan Fasilitas
Tingkat Kepuasan
1
2
3
4
Gedung kuliah
Perpustakaan
Parkir
Toilet
50
55
35
70
 1.      TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Tabel distribusi frekuensi disusun bila jumlah data yang akan disajikan cukup banyak sehingga kalau disajikan dalam tabel menjadi tidak efisien dan kurang komunikatif. Berikut disajikan contoh tabel distribusi frekuensi nilai pelajaran Bahasa Indonesia 45 siswa.



Tabel 4
DISTRIBUSI FREKUENSI
NILAI PELAJARAN BAHASA INDONESIA 45 SISWA
No kelas
KELAS INTERVAL
FREKUENSI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-99
0
0
0
0
2
1
17
20
5
JUMLAH
45


a.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tabel distribusi frekuensi
1)        Tabel distribusi mempunyai sejumlah kelas. Pada contoh tersebut jumlah kelas intervalnya adalah 9 yaitu nomer 1 sampai dengan 9.
2)        Pada setiap kelas mempunyai kelas interval. Interval nilai bawah dengan atas sering disebut panjang kelas. Jadi panjang kelas adalah jarak antara nilai batas bawah dengan batas atas pada setiap kelas.
3)        Setiap kelas interval memiliki frekuensi (jumlah). Sebagai contoh pada kelas ke-6 siswa yang mendapat nilai antara 60-69 frekuensinya adalah 1.
4)        Tabel distribusi frekuensi tersebut bila dibuat menjadi tabel biasa akan memerlukan 45 baris (n=45) jadi akan sangat panjang.
b.      Pedoman umum membuat tabel distribusi frekuensi
Langkah pertama dalam membuat tabel distribusi frekuensi adalah menentukan kelas interval. Dalam menentukan jumlah kelas interval tersebut terdapat 3 pedoman yang dapat diikuti yaitu:
1)      Ditentukan berdasarkan pengalaman
Berdasarkan pengalaman, jumlah kelas intterval yang dipergunakan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi berkisar antara 6-15 kelas. Makin banyak variasi data, maka akan semakin banyak kelasnya. Namun paling banyak jumlah kelasnya adalah 15 kelas, karena kalau lebih dari itu tabel menjadi panjang.
2)      Ditentukan dengan membaca grafik
Grafik ini menunjukkan banyaknya data (n) dengan jumlah kelas interval yang diperlukan dalam pembuatan tabel distribusi frekuensi. Garis yang vertikal menunjukkan jumlah kelas intervalnya, sedangkan yang horizontal menunjukkan jumlah data observasi. Dari grafik dapat dibaca, misalnya jumlah data observasi 50 (n), maka jumlah kelas interval yang diperlukan adalah 8. Sedangkan bila jumlah data 200, maka jumlah kelasnya sekitar 12. Dengan pedoman ini, maka bagi yang belum berpengalaman akan dapat menentukan kelas intervalnya tanpa ragu-ragu.
3)      Ditentukan dengan rumus sturges
Jumlah kelas interval dapat dihitung dengan rumus Sturges, seperti ditunjukkan pada rumus berikut:
K = 1 + 3,3 log n
                                                          

K        = jumlah kelas interval
n         = jumlah data obsservasi
log      = logaritma
misalnya jumlah data 200, maka jumlah kelasnya (K):
K = 1 + 3,3 log 200 = 1 + 3,3 . 2,30 = 8, 59 dapat dibulatkan menjadi 9

c.       Contoh Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi          
Data berikut ini merupakan nilai ujian matakuliah Statistik dari 150 mahasiswa. Berdasarkan data tersebut, maka langkah-langkah yang diperlukan dalam penyususnan tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
1.      Menghitung jumlah kelas intervalnya (menggunakan rumus Sturges)
K= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 150 = 1 + 3,3 . 2,18 = 8,19
2.      Menghitung rentang data
Yaitu data terbesar dikurangi data yang terkecil kemudian ditambah 1. Data terbesar = 93 dan data terkecil = 13.
Jadi 93 – 13 = 80 + 1 = 811.      Menghitung panjang kelas = rentang dibagi jumlah kelas yakni: 81 : 9 = 9. Walaupun dari hitungan panjang kelas diperoleh 9, tetapi pada penyususnan tabel ini digunakan panjang kelas 10. Supaya nilai batas bawah semua berakhir nol dan batas atas 9. Hal ini akan lebih komunikatif bila dibandingkan dengan menggunakan panjang kelas 9.
2.      Menyusun interval kelas
Secara teoritis penyusunan kelas interval dimulai dari data yang terkecil, yaitu 13, tetapi supaya lebih komunikatif, maka dimulai dengan angka 10.
Tabel 5
PENYUSUNAN TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
DENGAN TALLY
No Kelas
Kelas Interval
Tally
Frekuensi (f)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-100
l                   
llll  ll
llll  llll
llll  llll llll llll llll llll l   
llll  llll llll llll llll llll llll llll ll   
llll  llll llll llll llll llll ll  
llll  llll llll ll
llll llll
ll                        
1
7
9
31
42
32
17
10
2
Jumlah :
150

3.      Setelah kelas interval tersusun, maka untuk memasukkan data guna mengetahui frekuensi pada setiap kelas interval dilakukan dengan menggunakan tally.
4.      Cara memasukkan tally yang cepat dan tepat
Dengan cara memberi tanda centang (√) pada setiap angka yang sudah dimasukkan pada setiap kelas, dan mulai dari data awal. Misalnya data yang paling awal adalah angka 27, maka data 27 itu termasuk pada kelas nomer 2 yaitu (20-29). Kemudian angka 27 ini diberi tanda centang, yang berarti data tersebut telah dimasukkan ke dalam kelas interval. Selanjutnya angka 53, ternyata angka tersebut masuk pada kelas nomer 5. Kalau semua angka telah diberi centang berarti semua data telah masuk pada setiap kelas interval. Jumlah tally harus sama dengan data.
5.       Sesudah frekuensi ditemukan maka tally dihilangkan, data disajikan seperti tabel ditribusi frekuensi pada tabel 4, dan data yang disajiakan dengan teknik apapun harus diberi judul. Judul harus singkat, jelas, tetapi semua isi tercermin dalam judul.

a.      Tabel Distribusi Frekuensi Kumulatif
Tabel ini merupakan pengembangan dari tabel distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi kumulatif adalah tabel yang menunjukkan jumlah observasi yang menyatakan kurang dari nilai tertentu. Untuk memulai pernyataan “kurang dari” digunakan batas bawah dari kelas interval ke-2. Untuk contoh digunakan angka 20.
Selanjutnya, frekuensi kumulatif merupakan penjumlahan frekuensi dari setiap kelas interval, sehingga jumlah frekuensi terakhir jumlahnya sama dengan jumlah data observasi (untuk contoh adalah 150).
Tabel 6
DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF NILAI
STATISTIK 150 MAHASISWA
Kurang Dari
Frekuensi Kumulatif
Kurang dari 20
Kurang dari 30
Kurang dari 40
Kurang dari 50
Kurang dari 60
Kurang dari 70
Kurang dari 80
Kurang dari 90
Kurang dari 101
1
7
16
47
89
121
138
148
150
 Perhatikan:
1)        Kumulatif setiap nilai adalah jumlah nilai kelas dengan di bawahnya. Misalnya kurang dari 40 adalah 1 + 6 + 9 = 16 (lihat tabel distribusi frekuensi dengan tally).
2)        Pernyataan “kurang dari” untuk yang terakhir, adalah nilai batas atas kelas interval terakhir ditambah dengan 1. Misalnya batas atas untuk kelas interval terakhir adalah 100. Setelah ditambah 1 menjadi 101. Oleh karena itu kalimat terakir adalah, kurang dari 101.

a.      Tabel Distribusi Frekuensi Relatif
Penyajian data lebih mudah dipahami bila dinyatakan dalam persen (%). Penyajian data yang merubah frekuensi menjadi persen, dinamakan tabel distribusi frekuensi relatif. Cara pembuatannya adalah dengan merubah frekuensi menjadi persen.
Tabel 7
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
NILAI STATISTIK 150 MAHASISWA
No Kelas
Kelas Interval
Frekuensi
Relatif (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10-19
20-29
30-39
40-49
50-59
60-69
70-79
80-89
90-100
1
7
9
31
42
32
17
10
2
0,67
4,00
6,00
20,67
28,00
21,33
11,33
6,67
1,33
Jumlah :
100

b.      Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Kumulatif
Bentuk tabelnya adalah frekuensi kumulatif yang tertera pada tabel distribusi frekuensi relatif yang tertera dirubah menjadi persentase.
Tabel 8
DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF RELATIF
NILAI STATISTIK 150 MAHASISWA
Kurang Dari
Frekuensi Kumulatif Relatif
Kurang dari 20
Kurang dari 30
Kurang dari 40
Kurang dari 50
Kurang dari 60
Kurang dari 70
Kurang dari 80
Kurang dari 90
Kurang dari 101
0,67%
4,67%
10,67%
31,33%
59,33%
80,67%
92,00%
98,67%
100,00%
 1.      GRAFIK
Selain dengan tabel, penyajian data yang cukup populer dan komunikatif adalah dengan grafik. Pada umumnya terdapat dua macam grafik yaitu: grafik garis (polygon) dan grafik batang (histogram). Grafik batang ini dapat dikembangkan lagi menjadi grafik balok (tiga dimensi). Suatu grafik selalu menunjukkan hubungan antara “jumlah” dengan variabel lain, misalnya waktu.F
a.      Grafik Garis
Grafik garis dibuat biasanya untuk menunjukkan perkembangan suatu keadaan. Perkembangan tersebut bisa naik bisa turun. Hal ini akan nampak secara visual melalui garis dalam grafik. Dalam grafik terdapat garis vertikal yang menunjukkan jumlah (frekuensi) dan yang mendatar menunjukkan variabel tahun. Yang perlu diperhatikan dalam membuat grafik adalah ketepatan membuat skala pada garis vertikal yang akan mencerminkan keadaan jumlah hasil observasi.
b.  Grafik Batang
Visualisasi dengan grafik garis nampaknya kurang menarik untuk menyajikan  data, untuk itu maka dikembangkan grafik batang dan grafik balok (grafik batang bentuk gambar 2D, grafik balok 3D).
Kalau dalam grafik garis, visualisasi data difokuskan pada garis grafik, sedangkan pada grafik batang visualisasi difokuskan pada luas batang (panjang x lebar). Namun kebanyakan penyajian dengan grafik batang, lebar batang dibuat sama, sedangkan yang bervariasi adalah tingginya. Akan disajikan data tentang perkembangan jumlah mahasiswa negeri maupun swasta, dari tahun 1968, 1989 s/d 1994. Selain menunjukkan perkembangan juga menunjukkan perbandingan antara jumlah mahasiswa perguruan tinggi negeri dan swasta. Karena terdapat dua kelompok data, maka penggambaran perlu dibedakan, dalam hal ini untuk mahasiswa perguruan tinggi negeri dengan “garis tegak” sedangkan untuk swasta dengan “garis melintang”. Perbedaan yang lain bisa memberi warna yang berbeda.
4.  DIAGRAM LINGKARAN (PIECHART)

Cara lain untuk menyajikan data hasil penelitian adalah dengan diagram lingkaran atau piechart. Diagram lingkaran digunakan untuk membandingkan data dari berbagai kelompok. Data yang disajikan adalah persentase Mahasiswa yang mengikuti program minor pada jurusan sastra Indonesia dari tahun 2007-2010.
Dari data yang diberikan : jumlah yang memilih minor jawa            = 53, 9%
                                           jumlah yang memilih minor drama          = 4,4%
        jumlah yang memilih minor jurnalis        = 11,1%
       jumlah yang memilih minor BIPA          = 27%
       jumlah yang memilih minor perpustakan=3,6%

Cara pembuatannya adalah:
a.       Buatlah lingkaran dengan jari-jari yang disesuaikan dengan kebutuhan.
b.      Untuk kepentingan ini, data telah dinyatakan dalam persen. Oleh karena itu setiap 1% akan memerlukan 360 : 100 = 3,6 (ingat luas lingkaran 360°). Misalnya data dinyatakan dalam jumlah orang, 60 orang maka setiap orang akan memerlukan luas 360 : 60 = 6.
c.       Menghitung luas yang diperlukan oleh sekelompok data dalam lingkaran. Dalam hal ini terdapat lima luas yang jumlah keseluruhannya akan sama dengan luas lingkaran.
1)      Luas kelompok yang memilih minor jawa
53,9 x 3,6°      = 194,04°
2)      Luas kelompok yang memilih minor drama 
4,4 x 3,6°        = 15,84°
3)      Luas kelompok yang memilih minor jurnalis
11,1 x 3,6°      = 39,96°
4)      Luas kelompok yang memilih minor BIPA
27  x 3,6°        = 97,20°
5)      Luas kelompok yang memilih minor perpustakaan
3,6 x 3,6°        = 12,96° (dari hitungan di atas (1) s/d (5) diperoleh jumlah 360° )
d.      Selanjutnya luas-luas kelompok data tersebut digambarkan dalam lingkaran, dengan menggunkan busur derajat bisa mulai dari sembarang titik. Jangan sampai terdapat sisa lingkarang, misalnya jumlah luas dari setiap kelompok data (a+b+c+d) tidak sampai 360. Jumlah ini kemungkinan tidak sampai 360, atau memenggal beberapa angka di belakang koma.
5.   PICTOGRAM (GRAFIK GAMBAR)
Ada kalanya supaya data yang disajikan lebih komunikatif, maka penyajian data dibuat dalam bentuk pictogram

A.    PENGUKURAN GEJALA PUSAT (CENTRAL TENDENCY)
Setiap penelitian selalu berkenaan dengan sekelompok data yang dimaksud kelompok di sini adalah satu orang mempunyai sekelompok data, atau sekelompok orang mempunyai satu macam data misalnya, sekelompok murid di kelas dengan satu nilai mata kuliah. Gabungan keduanya misalnya sekelompok mahasiswa di kelas dengan berbagai nilai matakuliah.
Dalam penelitian, peneliti akan memperoleh sekelompok data variabel tertentu dari sekelompok responden, atau objek yang diteliti. Misalnya melakukan penelitian tentang kemampuan kerja pegawai di lembaga X, maka peneliti akan mendapatkan data tentang kemampuan pegawai di lembaga X tersebut. Prinsip dasar dari penjelasan terhadap kelompok yang diteliti adalah bahwa penjelasan yang diberikan harus betul-betul mewakili seluruh kelompok pegawai di lembaga X tersebut.
Beberapa teknik penjelasan kelompok yang telah diobservasi dengan data kuantitatif, selain dapat dijelaskan dengan menggunakan tabel dan gambar dapat juga dijelaskan menggunakan teknik statistik yang disebut: modus, median, mean.
Modus, median, dan mean merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan kelompok, yang didasarkan atas gejala pusat (tendency central) dari kelompok tersebut, namun dari tiga macam teknik tersebut yang menjadi ukuran gejala pusatnya berbeda-beda.

1.      Modus (Mode)
Modus merupakan teknik penjelasana kelompok yang didasarkan atas nilai yang sedang populer (yang sedang menjadi mode) atau nilai yang sering muncul dalam kelompok tersebut.
Contoh data kuantitatif
Hasil observasi terhadap skor menulis puisi dengan tema keindahan alam adalah: 20, 45, 60, 56, 45, 45, 20, 19, 57, 45, 45, 51, 35. Untuk mengetahui modus skor menulis puisi dengan tema keindahan alam dapat digunakan pertolongan melalui tabel berikut:

Tabel 9
SKOR MENULIS PUISI DENGAN
 TEMA KEINDAHAN ALAM
Skor
Jumlah
19
20
35
45
51
56
57
60
1
2
1
5
1
1
1
1
Jumlah
13

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang paling banyak muncul adalah skor 45. Munculnya sebanyak 5 kali, atau frekuensinya 5. Jadi dapat dijelaskan bahwa kelompok skor siswa sebagian besar 45.

2. Median
Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai yang terkecil.
            Misalnya data skor menulis puisi (Contoh dalam modus), untuk dapat mencari mediannya harus disusun terlebih dahulu urutannya. Dari data yang diberikan setelah disusun urutannya dari terkecil sampai yang terbesar menjadi seperti berikut:
19, 20, 20, 35, 45, 45, 45, 45, 45, 51, 56, 57, 60.
Nilai tengah dari kelompok data tersebut adalah urutan ke 7, yaitu nilai 45. Jadi mediannya = 45. Kebetulan di sini mediannya sama dengan modus. Misalnya tinggi badan 10 mahasiswa adalah seperti berikut:
145, 147, 167, 166, 160, 164, 165, 170, 171, 180 cm. 
Untuk mencari median, maka data tersebut harus diurutkan terlebih dahulu dari yang kecil atau sebaliknya. Kalau diurutkan dari yang besar menuju kecil adalah:
180, 171, 170, 167, 166, 165, 164, 160, 147, 145cm.
Jumlah individu dalam kelompok tersebut adalah genap, maka nilai tengahnya adalah dua angka yang di tengah di bagi dua, atau rata-rata dari dua angka di tengah. Nilai tengah dari kelompok tersebut adalah, nilai ke 5, dan nilai ke 6. Mediannya = (166 + 165) : 2 = 165,5 cm. dengan demikian dapat dijelaskan rata-rata median tinggi badan kelompok mahasiswa itu adalah 165,5 cm.

3. Mean
Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) ini didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada dalam kelompok tersebut. Hal ini dapat dirumuskan seperti Rumus 2.2 berikut:

DAFTAR RUJUKAN

Gulo, S. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo
Sugiyono. 2007. Statitiska untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar