Minggu, 26 Juni 2011

SEMARAK LASKAR BALIHO MENJELANG PEMILU 2009-ARTIKEL TAHUN 2009

Semarak Laskar Baliho Menjelang Pemilu 2009

Menjelang pemilihan umum memang menampilkan wajah yang berbeda. Tak hanya di ‎Indonesia, hal seperti ini terjadi di semua negara. Poster, baliho dan foto para calon ‎wakil rakyat menyebar dan terpampang di mana-mana. Bahkan mereka tidak pernah memikirkan dampak negatif dari pemasangan baliho dan sejenisnya itu. Apa ssbenarnya manfat dari pemasangan baliho-baliho yang ada di pinggir jalan itu? Pemasangan baliho serta poster-poster itu dinilai lebih efisien dan tidak membutuhkan biaya yang banyak dari pada iklan di layanan televisi, radio atau media elektronik lainnya.
Foto para calon anggota legislatif dan partai-partai yang mengikuti pemilihan umum 2009 berjajar-jajar di pinggir-pinggir jalan membuat keindahan kota dan daerah menjadi terganggu. Seharusnya bila sedang melewati suatu wilayah kita dapat melihat indahnya pemandangan sekitar serta hijaunya pepohonan yang berdiri di pinggir jalan. Tapi saat ini keindahan itu harus kita lupakan sesaat karena hal itu akan jarang kita jumpai. Di pinggir jalan sudah berganti fungsi lagi, di setiap daerah tepatnya di pinggir jalan telah banyak beredar baliho-baliho calon legislatif dan partai-partai.
Para caleg saat ini sedang berlomba menarik perhatian calon pemilih agar memilih ‎dirinya dan partai yang menaunginya.‎ Pemasangan baliho para caleg terkesan amburadul, sangat mengabaikan ‎pertimbangan estetika, dan cenderung membosankan. Poster dan baliho ini umumnya ‎lebih banyak menonjolkan nama caleg, partai, nomor urut, dan tentu saja foto diri ‎dalam ukuran besar. Menyedihkan, dalam posternya para caleg yang berpose ‎seperti selebritis itu tidak menyinggung visi dan konsep yang jelas bila kelak mereka terpilih. ‎Yang ada hanya jual wajah dan tebar senyum. Akibatnya, para pemilih tak banyak ‎mengetahui program kerja dan integritas si caleg. ‎
Jika sebagian Caleg tebar senyum dan penampilan, sebagian caleg lagi malah merasa minder ‎dan tak percaya pada diri sendiri. Lihat saja, banyak caleg yang tanpa malu ‎menumpang popularitas orang lain. Ada yang berpose bersama Presiden Amerika ‎Barack Obama. Ada yang memasang foto para artis-artis yang terkenal (padahal para artis itu tidak ada ‎hubungannya sama sekali dengan para caleg tersebut). Atau bahkan mencatut nama anaknya ‎sendiri yang jadi penyanyi ngetop ibu kota. Sulit dibayangkan, bagaimana orang-orang ‎seperti itu mampu mengemban amanat rakyat kalau nanti terpilih sebagai anggota ‎legislatif. Jika menjadi dirinya sendiri saja dia tidak mau dan tidak mampu.‎
Semarak baliho-baliho yang terpampang di sepanjang ruas jalan itu bukannya membuat kita senang dengan apa yang ada, tetapi malah membuat kita malas melihat kesekeliling, karena yang semula tempat itu indah menjadi tidak menarik lagi untuk dipandang mata. Pemilu yang kurang beberapa hari lagi ini membuat baliho-baliho semakin banyak kita jumpai. Sebenarnya baliho-baliho yang ada di sepanjang jalan itu malah membuat keindahan kota dan jalan menjadi berkurang. Para caleg mengambil hati rakyat dengan memasang baliho-baliho besar itu agar rakyat mudah mengingat-ingat. Dan setelah itu pada waktu pemilu rakyat diharapkan memilih salah satu calon wakil rakyat yang gambarnya terpampang di salah satu baliho yang ada di pinggir jalan.
Seharusnya pemasangan baliho-baliho itu diatur, tetapi kenyataannya sekarang pemasangan baliho-baliho itu amburadul dan membuat kota seperti tidak pernah diatur. Menyedihkan memang, tetapi itulah kenyataan yang tak dapat dipungkiri. Masa tugas ‎legislatif periode ini sudah hampir selesai dan pemilu akan menjadi ‎kesempatan bagi rakyat untuk memilih para anggota legislatif untuk periode yang baru. ‎Kesempatan itu memang datang, tetapi rakyat akan kesulitan memilih orang yang ‎layak duduk di Senayan atau menjadi wakil rakyat di DPRD tingkat I dan II. Dalam kampanyenya para caleg tidak ada penjelasan tentang visi dan program kerja ‎yang jelas. ‎Apalagi yang ada pada baliho-baliho itu tidak sama sekali disinggung visi dan misi sebagai calon wakil rakyat.
Kalaupun dihitung-hitung baliho yang dipasang itu tidak efisien sebagai media untuk kampanye, karena baliho-baliho tersebut tidak jelas arahnya. Hanya saja para caleg memanfaatkan baliho-baliho itu untuk menarik simpati para rakyat. Para caleg berlomba-lomba untuk memasang baliho. Mereka membuat desain baliho sebaik, semenarik dan seindah mungkin agar rakyat mudah tertarik dengan tampilan baliho-baliho itu. Dengan demikian rakyat akan hafal siapa caleg yang balihonya paling menarik dan setelah pemilu tiba rakyat akan memilihnya.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cerdas dan berpotensi besar untuk maju. Bangsa ini memerlukan figur-figur pejabat yang berdedikasi tinggi dan cinta ‎negeri, figur-figur yang memang benar-benar memikirkan kemajuan bangsa dan ‎negara. Figur pemimpin yang tidak menganggap bangsanya bodoh dan tidak pula ‎membiarkan kebodohan ada di tengah masyarakat.
Dengan demikian baliho-baliho yang ada di pinggir-pinggir jalan itu seharusnya ditata dengan rapi agar tidak merusak keindahan kota. Serta baliho-baliho itu harus diperjelas visi, misi ataupun program kerja dari masing-masing calon wakil rakyat. Dengan demikian kita bersaing dengan sehat demi terciptanya PEMILU 2009 yang aman, damai dan sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar